Wildan menambahkan bahwa banyak contoh politikus yang pindah partai dan langsung diterima. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Budi Arie. Ia menilai bahwa Budi Arie tidak memiliki daya tarik politik yang cukup untuk diterima oleh Gerindra maupun PSI.
Saran untuk Masa Depan Projo
Selain itu, Wildan juga memberikan saran terkait organisasi relawan Projo (Pro Jokowi) yang saat ini dipimpin Budi Arie. Ia menilai nama "Pro Jokowi" sudah tidak relevan lagi karena Jokowi tidak lagi ikut dalam kontestasi politik.
"Budi Arie seharusnya berpikir maju dengan mendukung Kaesang Pangarep, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSI. Mengganti nama Projo menjadi Prokas atau Pro Kaesang bisa menjadi langkah strategis," pungkas Wildan.
Dengan demikian, penolakan terhadap Budi Arie ini menunjukkan betapa pentingnya nilai tawar dan privilege dalam dunia politik Indonesia.
Artikel Terkait
Polemik Ijazah Jokowi: Pakar Hukum Beberkan Langkah Hukum & Daftar Lengkap Tersangka
PSI Tolak Keras Budi Arie: Bro Ron Sebut Tak Ada Gunanya Tampung Pengkhianat Jokowi
MK Selamatkan Wajah Bopeng NKRI: Putusan Krusial Dwi Fungsi Polri & Batas Kepemilikan Asing di IKN
Gerindra Tolak Budi Arie: Alasan & Dampak Negatifnya Bagi Partai