GELORA.ME - Kontroversi mengenai keaslian ijazah Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) kembali memanas setelah akademisi dan pengamat politik, Rocky Gerung, memberikan analisis tajamnya. Menurut Rocky, langkah pakar telematika Roy Suryo meminta salinan ijazah Jokowi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) justru menjadi bumerang yang semakin memperkuat indikasi pemalsuan.
Alih-alih meredam isu, bukti yang diserahkan KPU tersebut kini menjadi bahan analisis baru yang memberatkan. Rocky Gerung menilai, temuan ini memberikan amunisi metodologis bagi pihak yang meragukan keabsahan ijazah tersebut.
“Sementara KPU sudah menunjukkan, KPU Pusat, ijazah yang didaftarkan oleh Pak Jokowi yang oleh Roy Suryo dianggap justru itu yang makin menguatkan indikasi bahwa itu adalah ijazah palsu,” kata Rocky, dalam analisisnya di kanal Youtube Rocky Gerung, dikutip Senin (6/10/2025).
Rocky menegaskan bahwa Roy Suryo memiliki hak dan kapasitas akademis untuk terus meneliti kejanggalan pada ijazah tersebut. Ia membandingkan pendekatan metodologis yang digunakan kubu Roy Suryo dengan klaim para pendukung Jokowi yang hanya berbasis keyakinan tanpa pembuktian ilmiah.
“Pihak Roy Suryo itu berhak untuk secara akademis meneliti terus itu,” katanya.
“Kita melihat pembuktian-pembuktian yang dibuat oleh kelompok Roy Suryo makin lama makin terasa bahwa memang ada metodologi dalam pembuktian itu. Sementara para baser Pak Jokowi hanya, ya kami sudah melihat itu asli," sambung dia.
Menurut Rocky, pertarungan pembuktian ini seharusnya tidak lagi terjadi di ruang publik yang sensasional, melainkan di pengadilan, tempat di mana argumen dan bukti diuji secara formal.
“Padahal ini hal yang biasa aja kan supaya pihak penyidik, pihak mereka yang berkepentingan dengan status ijazah itu juga bersiap-siap untuk bertengkar di pengadilan nanti tuh. Bukan bertengkar di talkshow untuk hal-hal yang sensasional,” kata Rocky.
Lebih jauh, Rocky Gerung menganalisis bahwa polemik ijazah ini bukanlah isu tunggal. Ia melihatnya sebagai bagian dari sebuah pola yang lebih besar, di mana dinasti politik Jokowi kini sedang "terkepung" dari berbagai penjuru oleh sorotan publik dan potensi jerat hukum.
“Jadi kita mulai lihat bagaimana isu tentang dinasti Jokowi ini dikepung, dibicarakan dari segala arah. Dari soal ijazah Pak Jokowi, lalu mulai ijazah Pak Gibran,” ujarnya.
Selain isu ijazah yang menyeret Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka, Rocky juga menyoroti dugaan kasus korupsi yang melibatkan menantu Jokowi, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution.
“Lalu mulai indikasi korupsi dalam proyek pembangunan jalan di Padang Lawas, di Sumatera Utara yang melibatkan Gubernur Bobi Nasution yang adalah bagian dari keluarga Jokowi. Jadi ini keluarga ada dalam sorotan publik,” ujarnya.
Rentetan tekanan politik inilah, menurut Rocky, yang menjadi alasan paling logis di balik pertemuan mendadak antara Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto di Kertanegara pada Sabtu (4/10/2025) lalu.
Pertemuan tertutup selama dua jam itu diyakini sebagai langkah Jokowi untuk mencari perlindungan di tengah kegelisahan politik yang memuncak.
“Saya kira itu alasannya kenapa, atau alasannya yang paling masuk akal, mengapa Pak Jokowi datang bertemu dengan Pak Prabowo,” katanya.
“Yang paling masuk akal adalah seri ketegangan politik atau kegelisahan politik yang mengkaitkan tiga anak presiden ini, tiga anak presiden Jokowi maksud saya, di dalam kasus-kasus yang bersifat koruptif," tambahnya.
Sumber: suara
Artikel Terkait
Jokowi Ingin Prabowo Pertahankan PSI dalam Koalisi Pemerintah
Tipis Peluang Jokowi-Gibran Lolos
Pengamat Baca Motif Jokowi Temui Prabowo Terkait Ijazah Gibran, Pemanggilan Mendikti Jadi Kunci
Penampilan Gibran Boleh Mirip Bung Hatta, tapi Mustahil Isi Kepala