GELORA.ME - Presiden Prabowo Subianto secara perlahan tapi pasti diyakini akan secepatnya membersihkan kabinetnya dari orang-orang yang terafiliasi dengan Joko Widodo (Jokowi) atau yang akrab dijuluki Geng Solo.
"Pembersihan" itu tentunya dalam bentuk pergantian menteri (reshuffle) yang tidak hanya berhenti pada sosok Sri Mulyani Indrawati, Budi Gunawan ataupun Budi Arie Setiadi.
"Pada saatnya 17 menteri warisan Jokowi dan relawan Geng Solo akan jadi musuh dalam selimut Presiden Prabowo. Iya jelas dalam selimut jadi harus dibuka. Perlu disingkirkan lewat reshuffle. Inikan tuntutan sudah banyak. Ada kepentingan parpol yang tidak sejalan dengan kepentingan Presiden Prabowo," ungkap analis politik dan militer Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting dalam podcast Abraham Samad Speak Up bertajuk 'Budi Gunawan Dicopot, Kapolri di Ujung Tanduk. 5 Menteri Geng Solo Terusir' yang tayang pada Kamis, 11 September 2025.
Ia mencontohkan seperti dalam kasus pencopotan Budi Gunawan yang dinilai beririsan sangat kuat dengan PDIP.
Menurut Ginting salah satu pemicu Prabowo mencopot Budi Gunawan ialah ingin meminimalisir pengaruh PDIP dalam kabinetnya.
"Prabowo ingin meminimalisasi pihak-pihak yang akan menggerogoti dirinya, termasuk Sri Mulyani juga kalau dipetakan kan dekat juga dengan PDIP," tuturnya.
Sri Mulyani yang memiliki reputasi 14 tahun menjabat Menteri Keuangan (Menkeu) melewati tiga era kepresidenan (SBY, Jokowi dan Prabowo) bisa juga dianggap sebagai penghambat laju arah pemerintahan Prabowo.
"Pada saat Prabowo Menhan misalnya saya mau anggaran kok nggak bisa, ide-ide nggak bisa digelontorkan dana, sementara untuk anggaran IKN langsung disetujui, sehingga dianggap loyal ke Jokowi. Dia (Prabowo) sedang menguji loyalitas mana yang 24 karat mana yang karatan," tambah Ginting.
Selain meminimalisir pengaruh Geng Solo dan PDIP, Prabowo juga diyakini akan meminimalisir pengaruh Golkar yang memiliki kedekatan dengan Geng Solo seperti yang terjadi pada mantan Menpora Dito Ariotedjo.
"Kan kalo kita lihat orang dekat dengan kelompok Solo ini diberikan tempat terhormat seperti Deddy Corbuzier dan Raffi Ahmad, apa yang bisa dia lakukan terhadap pemerintah? Nggak berfungsi mereka," kritik Ginting.
Ginting menegaskan, Prabowo bukanlah orang sembarangan.
Prabowo saat ini kata dia, sedang menjalankan politik yang tidak teratur, tidak standar dan cenderung tidak normal.
"Itu cara untuk melawan kelompok yang kira-kira akan menggerogotinya, karena itu (nampak) seperti dibiarkan nanti ada waktunya 'digergaji'," tuturnya.
Ia menambahkan, cara menghadapi Geng Solo harus dengan cara ireguler atau tidak biasa, dan itulah yang sedang dijalankan Prabowo saat ini.
"Tinggal apakah menjalankan politik bersama Jokowi atau ireguler di luar Jokowi. Kalau Prabowo masih menjalankan politik bersama Jokowi maka siap-siap pemerintahannya hanya bertahan dua tahun.
Kalau dia berani menjalankan dengan cara-cara tidak biasa di luar Jokowi mugkin dia bisa selamat sampai 2029 bahkan bisa terpilih (lagi)," terang Ginting.
Sumber: Konteks
Artikel Terkait
Jelang 30 September, Gatot Nurmantyo Ingatkan Prajurit TNI Siaga Penuh, Waspada Neo PKI
Jokowi Curiga Ada yang Mem-Back Up Pihak yang Menggugat Ijazah Gibran
Terseret di Korupsi Kuota Haji, Saiful Bahri Tak Diakui sebagai Staf PBNU
Klaim Aktif Perjuangkan RUU Perampasan Aset, Jokowi: Sudah Tiga Kali Didorong Tapi tak Direspons DPR