GELORA.ME - Menteri Agraria dan Tata Ruang Nusron Wahid yang kini dikaitkan dengan isu musyawarah nasional luar biasa (munaslub) Partai Golkar tercatat pernah dipecat oleh partainya di era Ketua Umum Aburizal Bakrie (ARB) pada momen Pemilu 2014.
ARB ketika itu juga memecat dua kader muda Golkar lainnya, yakni Poempida Hidayatullah dan Agus Gumiwang.
Konon aksi main pecat oleh pimpinan parpol berlambang beringin rindang terjadi lantaran Nusron ogah mendukung calon presiden yang diusung Golkar, yakni pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Nusron sendiri pada Pilpres 2014 memilih berseberangan dengan keputusan partai dengan mendukung duet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Ketika itu Nusron menyebut pemecatan terhadap dirinya karena Golkar mendapat tekanan luar biasa sebagai risiko mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Menurut Nusron, dirinya dapat memahami keputusan Aburizal dan Idrus Marham selaku Sekretaris Jenderal Golkar mengeluarkan surat pemecatan tersebut.
Sebab, kata Nusron, dorongan untuk memecat dirinya, Poempida dan Agus Gumiwang justru bukan dari internal Golkar.
"Saya memahami Pak Ical (Aburizal, red) dan Idrus Marham. Mereka mendapat tekanan yang membuat mereka berdua bersikap seperti ini. Ada semacam order dan kita tahu dari mana itu," kata Nusron kepada wartawan di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Nusron justru menganggap pemecatan itu sebagai teguran halus karena ogah ikut mendukung Prabowo-Hatta.
Saat itu, Nusron yang menjabat Ketua Umum GP Anshor melihat elektabilitas Jokowi memang sulit dibendung lagi sehingga perlu cara untuk meredamnya.
"Berbagai cara dilakukan mengeremnya (elektabilitas Jokowi, red). Baik lewat kampanye hitam maupun mendesak agar saya, Poempida, dan Agus Gumiwang dikeluarkan dari Golkar," ujar anggota DPR dari Golkar itu.
Nusron menegaskan, dirinya juga tak akan pindah ke partai lain meski dikeluarkan dari Golkar.
Sebab, lanjutnya, keputusannya mendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla karena didasari pada panggilan nurani dan keyakinan untuk memperjuangkan hal yang benar.
"Tidak masalah saya dipecat, bagi saya, Pak Jokowi adalah harapan untuk Indonesia yang lebih baik," ujarnya ketika itu.
Sekarang, Nusron kembali menyita perhatian setelah namanya ikut terseret dalam isu munaslub Partai Golkar guna memilih ketua umum baru menggantikan Bahlil Lahadalia.
Nusron disebut terlibat dalam komunikasi dengan Istana untuk menggulingkan kepemimpinan Partai Golkar saat ini.
Namun, Nusron yang menjabat Ketua Bidang Keagamaan dan Kerohanian DPP Partai Golkar, membantah rumor tersebut.
"Pertama saya tidak tahu menahu tentang isu tersebut," tegas Nusron.
Bahkan Nusron menegaskan, di Istana tidak pernah ada pembicaraan mengenai pergantian kursi ketua umum Partai Golkar.
"Sampai hari ini tidak pernah ada pembicaraan di lingkungan Istana kepada saya, atau kepada pihak-pihak lain di lingkungan Partai Golkar yang membicarakan tentang munaslub," ujarnya menegaskan.
Bahlil Lahadalia selaku Ketua Umum Golkar saat ini juga sudah merespons isu munaslub partainya.
"Masa mau dipercaya berita yang enggak ada sumbernya, piye toh (gimana sih)," kata Bahlil usai menghadiri Musda XI Partai Golkar Kalsel, Minggu (3/8/2025). Nusron juga hadir di forum tersebut.
Bahlil dan Nusron terlihat kompak dalam perhelatan partai lima tahunan sekali di Kalsel tersebut.
Adapun Bahlil Lahadalia resmi terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Munas XI yang digelar pada 20-21 Agustus 2024.
Saat itu dia terpilih secara aklamasi dan menggantikan Airlangga Hartarto yang mendadak mengundurkan diri.
Sumber: JPNN
Artikel Terkait
Abolisi dan Amnesti Bukan Preseden Buruk Penegakan Hukum
Tak Hanya Gibran, Dua Bos eFishery Juga Ditahan Polisi
Cerita Komjen Purn Dharma Pongrekun Tangani Kasus Ijazah: Secara Fisik Asli, Tapi Prosesnya Palsu!
ICW Laporkan Korupsi Pengurangan Porsi Makanan Haji Rp 255 M, Serahkan 3 Nama Terduga Pelaku