Industri Tekstil Indonesia Tembus USD 11.9 Miliar, Bukti Daya Saing Global Tak Pernah Pudar

- Senin, 27 Oktober 2025 | 22:10 WIB
Industri Tekstil Indonesia Tembus USD 11.9 Miliar, Bukti Daya Saing Global Tak Pernah Pudar

Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI) secara resmi menyampaikan kondisi terkini industri tekstil dan garmen nasional. Menurut asosiasi, sektor ini terus menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga daya saing global, keberlanjutan lapangan kerja, serta kontribusi signifikan terhadap ekspor nasional, meski dihadapkan pada tantangan ekonomi global dan dinamika kebijakan perdagangan internasional.

Ketua Asosiasi Garment dan Textile Indonesia, Anne Patricia Sutanto, mengungkapkan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia tetap menjadi salah satu kontributor utama ekspor nonmigas nasional. Nilai ekspornya pada tahun 2024 tercatat mencapai USD 11.9 miliar, meskipun industri ini menghadapi tekanan dari peningkatan volume impor dan fluktuasi permintaan pasar global.

“Kami ingin menegaskan bahwa industri tekstil Indonesia tidak sedang melemah, melainkan sedang dalam proses adaptasi. Kami secara konsisten berinvestasi dalam efisiensi energi, digitalisasi, dan aspek keberlanjutan (sustainability) untuk memastikan daya saing produk Indonesia di pasar global tetap kuat,” jelas Anne di Jakarta, Selasa (27/10/2025).

Selain menjadi tulang punggung ekspor, industri garmen dan tekstil juga berperan sebagai penopang vital perekonomian daerah. Sektor ini menyerap jutaan tenaga kerja, dengan konsentrasi terbesar di provinsi-provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Dalam hal ini, para pengusaha menekankan perlunya dukungan kebijakan pemerintah yang seimbang, yang mampu melindungi industri dalam negeri sekaligus membuka akses pasar global.

“Kami yakin, dengan peningkatan daya saing yang mencakup aspek SDM, teknologi, energi, dan rantai pasok, industri garmen dan tekstil nasional mampu bertahan dan berkembang. Keyakinan ini bahkan tanpa bergantung pada kebijakan yang terlalu protektif, yang tidak selalu menguntungkan semua pihak. Ini adalah pekerjaan besar yang memerlukan gotong royong dan semangat nasionalisme yang tinggi, berlandaskan asas Pancasila. Fokus utama kami adalah menjaga produktivitas dan keberlanjutan industri nasional,” tambah Anne.

Halaman:

Komentar