Soedjono Hoemardani: Jenderal Dukun dan Penasihat Spiritual Soeharto yang Misterius

- Jumat, 21 November 2025 | 16:50 WIB
Soedjono Hoemardani: Jenderal Dukun dan Penasihat Spiritual Soeharto yang Misterius

Membawa Liem Soe Liong kepada Soeharto

Bersama Suryohadiputro dan Alamsyah Ratuprawiranegara, Soedjono termasuk dalam kelompok jenderal yang sering didatangi pengusaha, sehingga dijuluki Jenderal Finansial. Ia juga dikenal sebagai orang yang memperkenalkan konglomerat Liem Soe Liong kepada Soeharto, yang kemudian menjadi sahabat dekat sang presiden.

Menteri Urusan Mistis

Dengan rambut gondrongnya, Soedjono lebih mirip seniman daripada jenderal. Penampilannya yang jauh dari kesan klimis seirama dengan aura mistis yang melekat padanya. Jurnalis asing yang tidak memahami kultur Jawa sering terheran-heran dengan perannya di pemerintahan.

Julukan Rasputin Indonesia tidak berlebihan. Ia bahkan dijuluki "Menteri Urusan Mistis". Soedjono sering menyambut tamu dengan kaki telanjang di ruangan yang hanya diterangi cahaya lilin. Seorang jurnalis asing pernah menulis, "Dia pernah menerima duta besar negara Barat di ruangan gelap, dengan beberapa barang yang sepertinya mengandung kekuatan gaib, mengenakan kostum Jawa dan berjalan tanpa alas kaki."

Dukun dan Penasihat Spiritual Soeharto

Tingkah lakunya yang unik bukan sekadar sikap "semau gue". Ia memang dikenal sebagai dukun yang handal dan penasihat spiritual Soeharto. Pertemuan mereka berawal dari persamaan minat dalam dunia spiritual. Keduanya adalah murid dari Soediyat Prawirokoesomo atau Romo Diyat, yang pernah meminta Soedjono menjaga Soeharto karena "ia akan menjadi orang besar suatu hari nanti."

Meski demikian, Soeharto membantah bahwa Soedjono adalah guru spiritualnya. Dalam buku "Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya" (1989:441-442), Soeharto mengatakan, "Saya mendengar orang-orang mengatakan bahwa ia mengetahui ilmu mistis lebih dari saya, namun Djono dulu sering sungkem ke saya. Dia menganggap saya sebagai senior yang lebih banyak mengetahui soal mistis."

Soeharto menambahkan, "Saya hanya mendengarnya agar dia bahagia, namun tidak saya anggap semua yang dia katakan. Saya menganalisis dan berpikir apakah masuk akal atau tidak. Jika masuk akal, masuk nalar, maka saya menerimanya. Jika tidak, saya tidak akan mengikuti nasihatnya."

Pendiri CSIS

Di balik gaya eksentriknya, Soedjono memiliki kemampuan strategis yang mumpuni. Bersama Ali Moertopo, ia termasuk jenderal yang menggagas pendirian Centre for Strategic and International Studies (CSIS), meski perannya lebih banyak dalam mencari dana untuk lembaga pemikir tersebut.

Soedjono Hoemardani wafat pada 12 Maret 1986. Ia dimakamkan dengan upacara militer yang disiarkan TVRI, dihadiri oleh Soeharto dan Ibu Tien. Meski dekat dengan Soeharto, tidak satu pun keluarganya yang masuk dalam pemerintahan. Satu-satunya keluarga yang berkiprah di politik dengan jabatan penting adalah menantunya, Fauzi Bowo, mantan Gubernur Jakarta.

Sejarah mencatat peran orang hebat di antara orang hebat. Meski namanya tidak setenar pelaku sejarah lainnya, pengaruh Soedjono Hoemardani di era Soeharto terbukti signifikan, terutama dalam bidang-bidang yang tidak kasat mata.

Halaman:

Komentar