Perbandingan ini tentu saja menuai reaksi. Sebagian pendukung mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berargumen bahwa spesifikasi kedua proyek kereta cepat tersebut berbeda.
Namun, ketika dibandingkan dengan kereta cepat Jepang yang memiliki spesifikasi serupa, hasilnya justru lebih mencengangkan lagi. Untuk jarak yang sama, Jepang mampu membangun kereta cepat dengan biaya hanya Rp65 triliun.
Hal ini memunculkan pertanyaan kritis: Mengapa pemerintah Indonesia memilih mitra dari China dengan harga yang jauh lebih tinggi, yakni Rp113 triliun?
Skema Pendanaan Proyek Whoosh
Diketahui bahwa 75 persen pendanaan proyek Kereta Cepat Whoosh bersumber dari pinjaman China Development Bank. Sementara sisanya, 25 persen, berasal dari modal pemegang saham yang terdiri dari PT KAI, PT Wijaya Karya, PT PTPN I, dan PT Jasa Marga.
Dengan berbagai perbandingan biaya yang muncul, publik semakin kritis mempertanyakan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan proyek strategis nasional ini.
Artikel Terkait
Menteri AI Albania Hamil 83 Anak: Ini Fakta di Balik Kontroversi yang Menggemparkan
Buronan Interpol Pakistan Digagalkan di Bandara Kualanamu, Ternyata Terduga Teroris & Pembunuh
Misteri Skenario Gibran Jadi Cawapres: Ijazah, MK, dan Peran Tak Terduga Prabowo
KPK Selidiki Proyek Kereta Cepat Whoosh, Diduga Melibatkan Jokowi dan Luhut