Ironi Sejarah: Ali Sadikin vs Soeharto, Korban dan Pelaku Disandingkan Jadi Pahlawan Nasional

- Minggu, 26 Oktober 2025 | 16:25 WIB
Ironi Sejarah: Ali Sadikin vs Soeharto, Korban dan Pelaku Disandingkan Jadi Pahlawan Nasional

Ali Sadikin dan Soeharto: Ironi Sejarah dalam Usulan Gelar Pahlawan Nasional

Publik dibuat terkejut ketika Kementerian Sosial RI mengusulkan dua nama bersejarah dalam daftar calon penerima gelar pahlawan nasional: Ali Sadikin dan Soeharto. Penyandingan kedua tokoh ini mengundang pertanyaan mendalam tentang cara bangsa ini memaknai sejarah dan kepahlawanan.

Profil Ali Sadikin: Gubernur DKI yang Tegas dan Independen

Ali Sadikin, yang akrab disapa Bang Ali, menjabat sebagai Gubernur Jakarta periode 1966-1977. Ia dikenal sebagai pemimpin tegas, jujur, dan berani mengambil risiko. Penunjukannya oleh Soekarno didasari reputasinya sebagai sosok "koppig" - keras kepala dan tidak mudah diatur.

Di bawah kepemimpinannya, Jakarta mengalami transformasi signifikan dengan pembangunan Taman Ismail Marzuki, kawasan Ancol, berbagai taman kota, dan pelestarian budaya Betawi. Untuk mendanai pembangunan, Ali Sadikin mengambil kebijakan kontroversial dengan memungut pajak dari perjudian dan hiburan malam demi kemandirian fiskal ibu kota.

Konflik Politik dengan Rezim Soeharto

Ketegasan dan kemandirian Ali Sadikin justru membuatnya dianggap ancaman oleh Soeharto. Popularitasnya yang tinggi di Jakarta membuat banyak kalangan melihatnya sebagai alternatif kepemimpinan nasional. Puncak ketegangan terjadi tahun 1977 ketika mahasiswa Universitas Indonesia mengusung namanya sebagai calon presiden.

Setelah pensiun, Ali Sadikin bergabung dengan kelompok Petisi 50 yang mengkritik keras penyalahgunaan kekuasaan oleh Soeharto. Akibatnya, ia menerima berbagai bentuk represi: dicekal keluar negeri, ditolak berangkat haji, bisnis keluarga dipersulit, dan dihapus dari daftar tamu kenegaraan.

Kontroversi Kepemimpinan Soeharto

Halaman:

Komentar