"Paling banyak di Bandung, mungkin karena mereka naik Whoosh. Kereta cepat di ASEAN baru kita kan. Penggunaannya cukup masif di Bandung atau di Tanah Abang. Intinya, orang Malaysia yang paling banyak menggunakan," kata dia.
Potensi Pertumbuhan QRIS Cross-Border Masih Sangat Besar
Meskipun QRIS cross-border baru berjalan sekitar tiga tahun, BI melihat potensi pertumbuhan yang sangat besar. Data menunjukkan transaksi QRIS baru mencapai sekitar 10 persen dari total potensi transaksi yang ada.
Secara volume, transaksi cross-border inbound (turis asing belanja di Indonesia) saat ini tercatat sekitar USD 500 juta, sedangkan outbound (WNI belanja di luar negeri) sebesar USD 130 juta. BI optimistis angka ini akan terus tumbuh signifikan.
Dorongan Transaksi dengan Mata Uang Lokal (LCT)
Selain memperluas jangkauan merchant, BI juga berupaya agar lebih banyak transaksi cross-border yang menggunakan Local Currency Transaction (LCT). Skema ini memungkinkan penyelesaian transaksi langsung dengan mata uang lokal tanpa perlu konversi ke Dolar AS terlebih dahulu.
"Basisnya kita harapkan pakai local currency transaction, jadi settlement-nya tidak perlu ke nilai dolar dulu, langsung bilateral dan terus berkembang," pungkas Himawan.
Artikel Terkait
Ironi Sejarah: Ali Sadikin vs Soeharto, Korban dan Pelaku Disandingkan Jadi Pahlawan Nasional
Presiden Prabowo Sampaikan Duka untuk Wafatnya Ibu Suri Sirikit di KTT ASEAN
Tragedi Kapal TB Kawan Kita 11 Tenggelam di Belitung: 1 ABK Tewas Saat Evakuasi, Ini Kronologinya
BNPB Catat Banjir & Angin Kencang Landa 3 Daerah Ini: Update Korban dan Kerusakan