Aqua vs Masyarakat: Kisah Kontroversi di Balik Kemasan Air Mineral Terkenal

- Kamis, 23 Oktober 2025 | 18:50 WIB
Aqua vs Masyarakat: Kisah Kontroversi di Balik Kemasan Air Mineral Terkenal

Ekspansi dan inovasi terus dilakukan, termasuk pendirian pabrik kedua di Pandaan, Jawa Timur, dan peluncuran kemasan PET (botol plastik) 220 ml pada 1985.

PT Aqua Golden Mississippi Tbk. sempat mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode AQUA. Namun, kepemilikan perusahaan mengalami perubahan signifikan ketika Danone, perusahaan multinasional asal Prancis, mulai masuk melalui aliansi strategis pada 1998. Danone kemudian menjadi pemegang saham mayoritas pada 2001.

Keputusan Go Private dan Alasannya

Di bawah kendali Danone, Aqua memutuskan untuk delisting atau go private dari bursa efek pada 1 April 2011. Keputusan ini didasari oleh tiga pertimbangan strategis utama:

  1. Konsolidasi Global: Menyelaraskan dengan kebijakan Danone untuk mengkonsolidasikan seluruh operasi AMDK di Indonesia menjadi satu entitas yang terpadu.
  2. Pembelian Saham Non-Strategis: Keinginan Danone untuk membeli saham dari pemegang saham non-strategis, sesuai kebijakan induk perusahaan.
  3. Efisiensi Pasar: Perdagangan saham AQUA di bursa dinilai tidak aktif dan minim volume, sehingga status sebagai perusahaan publik dianggap tidak lagi efisien.

Proses go private dilakukan dengan membeli sisa saham publik (sekitar 5,65%) melalui tender offer dengan harga Rp 500.000 per saham, yang jauh lebih tinggi dari harga pasar sebelumnya.

Pasar AMDK yang Kompetitif

Hingga kini, Aqua harus terus berinovasi dan mempertahankan posisinya di pasar AMDK Indonesia yang sangat kompetitif. Posisinya sebagai pemimpin pasar terus digoyahkan oleh pesaing-pesaing tangguh seperti Le Minerale dari Mayora Group, yang dikenal agresif dalam positioning dan inovasi kemasan. Selain itu, merek seperti Cleo dan Nestlé juga menjadi pesaing serius dalam industri ini.

Halaman:

Komentar