Kritik Yudo tidak berhenti pada kultur pesantren saja. Ia memperluas pandangannya terhadap sistem pendidikan Indonesia secara umum, yang dinilainya mengajarkan kepatuhan buta tanpa pemahaman yang mendalam.
"Di pesantren, belajar agama cuman setengah-setengah," ujarnya. Sementara di sekolah biasa, menurutnya, guru seringkali mengajarkan ilmu agama tanpa pemahaman komprehensif, menekankan kepatuhan tanpa nalar kritis.
Dampak ke Dunia Kerja dan Solusi Literasi Finansial
Menurut Yudo, budaya patuh tanpa nalar kritis ini berpotensi merugikan ketika seseorang memasuki dunia kerja. "Ketika kalian sudah patuh, kalian akan dijadikan budak oleh atasan kalian pada saat di dunia kerja," tegasnya.
Ia menutup pandangannya dengan menekankan pentingnya literasi finansial dan investasi sebagai jalan keluar dari siklus kerja tanpa henti yang dapat mengorbankan ibadah wajib dan waktu bersama keluarga.
Artikel Terkait
Jusuf Hamka Menggugat Hary Tanoe di Pengadilan: Pengakuan Pahit Korban Kezaliman Bisnis
Yusuf Muhammad Kritik Respons Gibran Soal CPNS: Dinilai Kosong dan Minim Optimalisasi
Dharma Pongrekun: Ingin Jadi Polisi yang Baik, Tapi Sistemnya Menghadang?
Dina Meninggal, Fitnah Heryanto Menghantui: Fakta atau Rekayasa?