Dengan kondisi ekonomi yang tidak baik dan ketidakmampuan membayar, skema restrukturisasi utang dinilai sulit disetujui China. Ubedilah memperingatkan bahwa jika restrukturisasi ditolak, China berpotensi mengambil alih (take over) pengelolaan Kereta Cepat Whoosh, sebagaimana Uganda yang nyaris kehilangan Bandara Internasional Entebbe.
Ancaman terhadap Kedaulatan Negara
Ubedilah menegaskan bahwa penguasaan aset strategis seperti kereta cepat oleh negara asing merupakan ancaman serius bagi kedaulatan Indonesia. Ia mengkhawatirkan jika pola ini berlanjut, bandara dan pelabuhan strategis berikutnya bisa menyusul dikuasai asing, terutama dalam situasi krisis atau perang.
Penyebab dan Tanggung Jawab
Ubedilah mengaku sejak awal termasuk dalam kelompok yang kontra pembangunan proyek ini. Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bertanggung jawab penuh atas kebijakan beralihnya mitra proyek dari Jepang ke China, yang akhirnya mewujudkan Whoosh.
Artikel Terkait
Surya Paloh Temui Sjafrie Sjamsoeddin, Analis: Pertemuan Ini Beraroma Politik Kuat!
Menteri Agama Buka Suara: Benarkan Kasus Kejahatan Seksual di Pesantren Sengaja Dibesar-besarkan?
PSI Doyan Gimik, Analis Bongkar Strategi Jokowi-Kaesang Hanya untuk Jualan Popularitas
Suami Pertama Anti Puspitasari Disebut Mirip Pelaku di CCTV, Ini Fakta-Faktanya!