Terungkap Pesan Terakhir Zara Qairina kepada Ibunya sebelum Ditemukan Tewas, Isinya Bikin Merinding

- Senin, 18 Agustus 2025 | 21:15 WIB
Terungkap Pesan Terakhir Zara Qairina kepada Ibunya sebelum Ditemukan Tewas, Isinya Bikin Merinding


Kematian Zara Qairina Mahathir, siswi berusia 13 tahun asal Malaysia, terus menyisakan tanda tanya besar. Di balik duka mendalam yang dirasakan keluarga, kini terkuak sebuah fakta baru, seminggu sebelum ditemukan tewas, Zara sempat menyampaikan pesan terakhir kepada ibunya tentang ancaman dari seorang kakak kelas. 

Pesan itu, yang awalnya dianggap keluhan kecil seorang anak, kini berubah menjadi penyesalan besar sekaligus petunjuk penting bagi keluarga untuk memahami tekanan yang dialami Zara di asrama.

Pesan yang Kini Jadi Penyesalan

Menurut penuturan Syira Leizel Janice Abdullah, kakak kandung Zara, adiknya pernah bercerita bahwa seorang siswi senior marah karena namanya tercatat dalam daftar pelanggar salat. 

Daftar itu ditulis langsung oleh Zara sebagai bagian dari tugasnya di sekolah. Senior tersebut bahkan mengancam ingin “bertemu” dengan Zara.

“Minggu lalu, Zara memberi tahu ibunya bahwa seorang siswi senior marah karena ia menuliskan nama-nama siswa yang tidak salat, dan ingin ‘bertemu’ dengan Zara,” tulis Syira dalam unggahannya yang kemudian ramai beredar di media sosial.

Bagi keluarga, pengakuan itu kini diyakini sebagai sinyal bahaya yang tidak bisa mereka cegah. Sang ibu sebenarnya sudah berusaha melindungi anaknya dengan mendatangi asrama dan memperingatkan para siswa agar berhenti mengganggu Zara. 

Namun, sang putri yang dikenal pendiam dan tegar memilih tetap bertahan di sekolah, seolah menanggung tekanan itu sendirian.

Dari Tugas Sekolah ke Ancaman Senior

Kisah Zara memperlihatkan betapa tugas sederhana bisa berubah menjadi mimpi buruk. Sebagai siswi yang taat beribadah, Zara menjalankan amanah sekolah untuk mencatat siapa saja yang meninggalkan shalat.

Namun, tindakannya dianggap sebagai bentuk 'pengkhianatan' oleh sebagian siswa, terutama seorang senior yang merasa harga dirinya tercoreng.

Ancaman itulah yang kemudian diyakini keluarga sebagai bagian dari rantai perundungan yang dialami Zara. Mereka percaya bahwa tekanan mental akibat ancaman dan perlakuan senior bisa menjadi salah satu faktor penting di balik kematian tragis sang anak.

Keluarga Mencari Keadilan

Bagi keluarga, penemuan fakta ini semakin menambah luka. Mereka tidak hanya berduka karena kehilangan Zara, tetapi juga dihantui rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkannya meski sudah ada tanda-tanda peringatan. 

Pesan terakhir Zara kepada sang ibu kini menjadi semacam penyesalan abadi, sebuah bisikan minta tolong yang datang terlambat untuk mereka pahami.

Keluarga berharap, keterangan ini bisa menjadi bahan penting bagi pihak kepolisian dan penyidik. Mereka mendesak agar kasus ini tidak dipandang sebagai insiden biasa, melainkan dibongkar hingga tuntas, agar siapa pun yang terlibat dalam perundungan terhadap Zara bisa dimintai pertanggungjawaban.

Pesan untuk Semua Orang Tua

Kisah Zara Qairina bukan hanya soal duka satu keluarga, melainkan peringatan bagi banyak orang tua tentang pentingnya mendengarkan suara anak, sekecil apa pun itu. Sering kali, pengakuan sederhana yang terdengar sepele justru menyimpan pesan penting tentang kondisi psikologis anak di sekolah.

Kini, Malaysia menanti kelanjutan penyelidikan aparat. Apakah pesan terakhir Zara bisa membuka jalan bagi keadilan? Atau kasus ini akan terkubur bersama kepergiannya yang terlalu cepat?

Satu hal yang pasti, pesan terakhir Zara untuk ibunya kini bergema sebagai jeritan yang tidak boleh diabaikan lagi. (*)

Sumber: jawapos
Foto: Kematian Zara Qairina Mahathir diduga karena perundungan jadi sorotan nasional di Malaysia. (Istimewa)

Komentar