Gibran Disarankan S2, Dokter Tifa: Paket C Dulu, Ijazah SMA-nya Mana?

- Kamis, 07 Agustus 2025 | 19:20 WIB
Gibran Disarankan S2, Dokter Tifa: Paket C Dulu, Ijazah SMA-nya Mana?


Polemik soal latar belakang pendidikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali mencuat usai dirinya direkomendasikan untuk melanjutkan pendidikan magister (S2) sebagai solusi memperkuat kepercayaan publik. 

Namun, tanggapan sinis datang dari Dr. Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa, yang dikenal sebagai pengkritik keras Presiden Jokowi dan keluarganya.

Dalam unggahan di akun X miliknya, @DokterTifa, ia menyoroti kejanggalan dokumen pendidikan Gibran yang menurutnya belum pernah secara sah diperlihatkan ke publik, terutama terkait ijazah SMA yang menjadi syarat mutlak untuk masuk ke jenjang pendidikan tinggi.

“Sebentar… Jangan buru-buru daftar S2 dulu. Saya dan teman-teman sedang mencari dimana ijazah SMA mu,” tulis Dr. Tifa dalam unggahannya.

“Yang baru ditemukan adalah suket alias Surat Keterangan setara SMK. Padahal untuk daftar S1 butuh IJAZAH SMA!,” ucap dia.


Sindiran tak berhenti di situ. Dokter Tifa bahkan menyarankan Gibran untuk menempuh pendidikan paket C terlebih dahulu sebelum memimpikan gelar magister.

“Saran saya supaya ngga kejauhan, Fufuf...ups, Wapres sebaiknya ikut kejar Paket C. Nah kalau lulus, ijazah Paket C itu valid untuk daftar S1,” tulisnya, menyelipkan nada sarkastik.

Yang memicu kecurigaan publik, kata Dokter Tifa, adalah fakta bahwa surat keterangan setara SMK atas nama Gibran baru muncul tahun 2019, sementara gelar Bachelor of Science (B.Sc) dari University of Bradford diklaim diraih pada tahun 2010. 

“Omon omon, Suketmu kenapa baru ada tahun 2019? Padahal ijazah B.Sc Bradford-mu katanya keluar tahun 2010? Lha terus waktu daftar Bradford pakai ijazah apa? SMP?” sindirnya lagi.

Unggahan tersebut viral dan langsung dibanjiri komentar netizen yang mempertanyakan keabsahan latar belakang pendidikan Gibran.

“Surat Keterangan Setara SMK tahun 2019. Ijazah B.Sc-nya tahun 2010. Itu sama aja dg: lulus insinyur katanya 1985, skripsi dibikin 2018,” tulis akun @wan****. 

Netizen lain, @set****, menambahkan, “Aneh bin ajaib. Padahal persyaratan untuk kerja di perusahaan swasta banyak yang mensyaratkan lulusan sarjana. Ini yang bakal mengurus negara ijazahnya diragukan?.”

Sementara akun @tuk**** menyatakan, “Saya pribadi meragukan kemampuan intelektual beliau untuk menempuh studi magister apalagi selevel @UGMYogyakarta.”

Kritik terkeras datang dari akun @arw**** yang menulis, “Astaghfirullah, gak bapak gak anak ijazahnya gak jelas. Padahal uang seabreg, kenapa gak diprioritaskan kualitas diri?”

Dr. Tifa memang bukan nama baru dalam deretan pengkritik keluarga Jokowi. Ia sebelumnya juga pernah menggugat keabsahan ijazah Presiden Joko Widodo dan bahkan menyebut almamater presiden sebagai "Pasar Pramuka"—sindiran bahwa ijazah bisa "dibeli".

Dalam sebuah postingan Dokter Tifa juga pernah menyebut Gibran tidak pernah kuliah S1 di University of Technology Sydney (UTS) Insearch Sydney, Australia.

Ia menuding bahwa Gibran hanya kursus untuk persiapan masuk ke UTS. Dokter Tifa juga mempertanyakan soal negara mana sebenarnya yang menjadi tempat Gibran kuliah. 

Ia bahkan mempertanyakan mengapa Gibran tidak tercatat sebagai anggota asosiasi alumni Indonesia di Inggris (IABA) ataupun tercatat di komunitas mahasiswa Indonesia di luar negeri seperti PPI.

Merujuk dari laman resmi University of Bradford, Gibran memang pernah menjadi mahasiswa program International Business Management. Namun tidak banyak dokumentasi publik mengenai kapan ia mulai kuliah, ijazah yang digunakan untuk masuk, dan apakah ia lulus secara reguler.

Selain itu, diketahui Gibran sempat menempuh pendidikan di Orchid Park Secondary School di Singapura dan kemudian melanjutkan ke Management Development Institute of Singapore (MDIS), sebelum disebut mengambil gelar S1 di Bradford. Namun, hingga kini publik belum pernah melihat dokumen resmi ijazah SMA-nya.

Di tengah skeptisisme publik terhadap elite politik, kritik seperti yang dilontarkan Dokter Tifa semakin menyoroti pentingnya transparansi dan integritas pendidikan dalam kepemimpinan nasional. 

Sumber: suara
Foto: Dokter Tifa/Net

Komentar