Zohran Mamdani Unggah Surat Einstein Yang Muak Pada Terorisme Israel di Palestina, Ini Ulasannya!

- Minggu, 13 Juli 2025 | 16:40 WIB
Zohran Mamdani Unggah Surat Einstein Yang Muak Pada Terorisme Israel di Palestina, Ini Ulasannya!




GELORA.ME - Zohran Mamdani, politisi Muslim calon wali kota New York City,Amerika Serikat (AS), mengunggah surat terkenal dari ilmuwan genius Albert Einstein


Surat 50 kata itu menyebutkan bahwa tragedi di Palestina adalah kesalahan Inggris dan organisasi teroris di pihak Zionis Israel.


"Pada tahun 1948 Albert Einstein menulis pandangannya pada sebuah surat setelah melihat terorisme Israel di Palestina," tulis Mamdani dalam caption unggahan gambar surat Einstein di X, 11 Juli 2025.


Surat yang diketik Einstein itu ditujukan kepada Shepard Rifkin, Direktur Eksekutif American Friends of the Fighters for the Freedom of Israel, yang berbasis di New York.


Kelompok pimpinan Rifkin ini awalnya dibentuk untuk mempromosikan gagasan anti-Inggris dari Geng Stern, dan mengumpulkan dana di Amerika untuk membeli senjata guna mengusir Inggris dari Palestina. 


Rifkin diangkat menjadi direktur eksekutifnya, meskipun dia kemudian menyebut dirinya sebagai "kambing hitam". 


Dia telah disuruh oleh Benjamin Gepner, seorang komandan yang sedang berkunjung ke AS, untuk meminta bantuan Einstein.


Teks Lengkap Surat Einstein kepada Rifkin


Yang terhormat,


Ketika bencana yang nyata dan terakhir menimpa kita di Palestina, yang pertama bertanggung jawab adalah Inggris, dan yang kedua bertanggung jawab adalah organisasi-organisasi teroris yang membangun dari barisan kita sendiri. 


Saya tidak ingin melihat siapa pun dikaitkan dengan orang-orang yang sesat dan kriminal itu.


Hormat saya,


Albert Einstein.


👇👇





Maksud Surat Einstein tentang Nasib Palestina


Fisikawan genius Albert Einstein sejak awal telah melihat bahwa pendirian Negara Israel pada 1948 semata-mata adalah proyek Zionis yang dengan sendirinya akan runtuh karena dibangun dengan terorisme.


Dia dari awal meramalkan kehancuran Negara Israel ketika dia diminta untuk membantu mengumpulkan dana bagi sel-sel teroris Zionis untuk beraksi di tanah Palestina.


Sepuluh tahun sebelum Negara Israel dideklarasikan pendiriannya pada tahun 1948 di atas tanah yang dicuri dari rakyat Palestina, Einstein menggambarkan usulan pembentukan Negara Israel sebagai sesuatu yang bertentangan dengan "hakikat hakiki Yudaisme."


Setelah melarikan diri dari Jerman di bawah Adolf Hitler dan akhirnya menjadi warga negara AS, Einstein tidak perlu lagi mempelajari seperti apa fasisme itu.


Sebagai salah satu fisikawan terhebat dalam sejarah tersebut, dan didukung oleh beberapa intelektual Yahudi terkemuka lainnya, dia menyadari kelemahan dan kesalahan pada tahun 1946 ketika dia berbicara di hadapan Komite Penyelidikan Anglo-Amerika tentang isu Palestina. 


Dia tidak mengerti mengapa Negara Israel dibutuhkan. 


"Saya yakin itu buruk," katanya saat itu.


Dua tahun kemudian, pada tahun 1948, dia dan sejumlah akademisi Yahudi mengirimkan surat kepada New York Times untuk memprotes kunjungan politisi Zionis berpandangan ekstremis Menachem Begin ke Amerika.


Dalam surat yang terdokumentasi dengan baik, mereka mengecam partai Herut (Kebebasan) pimpinan Begin, menyamakannya dengan "sebuah partai politik yang sangat mirip dalam organisasi, metode, filosofi politik, dan daya tarik sosialnya dengan partai Nazi dan Fasis."


Herut adalah partai nasionalis sayap kanan yang kemudian menjadi Likud yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel sekarang.


Sebagai pemimpin kelompok teroris Zionis Irgun, sebuah kelompok sempalan dari organisasi paramiliter Yahudi yang lebih besar, Haganah, Begin dicari karena kegiatan teroris melawan otoritas Mandat Inggris.


Bahkan ketika dia menjadi perdana menteri Israel (1977-1983), dia tak pernah berani mengunjungi Inggris, tempat dia masih masuk dalam daftar orang paling dicari.


Kekerasan menjelang kelahiran Israel-lah yang khususnya membuat Einstein muak, dan tak diragukan lagi hal ini menjadi pertimbangan utama dalam benaknya ketika dia menolak tawaran menjadi presiden Israel. 


Tawaran ini diajukan kepadanya pada tahun 1952 oleh Perdana Menteri pendiri negara itu, David Ben-Gurion


Meskipun penolakannya sopan, Einstein yakin peran tersebut akan bertentangan dengan hati nuraninya sebagai seorang pasifis, ditambah fakta bahwa dia harus pindah ke Timur Tengah dari rumahnya di Princeton, New Jersey, tempat dia menetap sebagai pengungsi Jerman.


Surat singkat 50 kata Einstein berisi peringatannya tentang "bencana terakhir" yang dihadapi Palestina di tangan kelompok-kelompok teroris Zionis.


Surat khusus ini ditulis kurang dari 24 jam setelah berita tentang pembantaian Deir Yassin di Yerusalem Barat pada April 1948 tersebar. 


Sekitar 120 teroris dari Irgun Begin dan Geng Stern (dipimpin oleh teroris lain yang kemudian menjadi perdana menteri Israel, Yitzhak Shamir), memasuki desa Palestina dan membantai antara 100 hingga 250 pria, wanita, dan anak-anak. 


Beberapa tewas akibat tembakan, yang lain akibat granat tangan yang dilemparkan ke dalam rumah mereka. 


Warga desa yang damai lainnya tewas setelah diarak-arak mengerikan melalui Yerusalem Barat. Ada juga laporan pemerkosaan, penyiksaan, dan mutilasi.


Sebulan kemudian, Inggris mengakhiri kekuasaan Mandat mereka di Palestina dan Israel berdiri. 


Legitimasi yang diklaim oleh para pendirinya adalah Resolusi Pembagian PBB November 1947 yang mengusulkan agar Palestina dibagi menjadi dua negara, satu Yahudi dan satu Arab, dengan Yerusalem dikelola secara independen oleh kedua belah pihak.


Surat singkat Einstein itu telah diautentikasi dan dijual di pelelangan ketika muncul kembali dan sejak itu digambarkan sebagai salah satu dokumen anti-Zionis paling memberatkan yang dikaitkan dengan sang genius.


Nada dan isi suratnya sangat berbeda dengan surat yang dia tulis kepada Manchester Guardian pada tahun 1929, ketika dia memuji "para pionir muda, pria dan wanita dengan kualitas intelektual dan moral yang luar biasa, yang memecahkan batu dan membangun jalan di bawah terik matahari Palestina" dan "permukiman pertanian yang subur tumbuh dari tanah yang telah lama ditinggalkan... pengembangan tenaga air... [dan] industri... dan, yang terpenting, pertumbuhan sistem pendidikan... Pengamat mana... yang tidak terpesona oleh keajaiban pencapaian yang begitu menakjubkan dan pengabdian yang begitu luar biasa?"


Einstein mendasarkan pandangannya pada kunjungannya ke Palestina selama 12 hari pada tahun 1923 untuk memberikan kuliah di Universitas Ibrani Yerusalem. 


Kunjungan tersebut ternyata menjadi satu-satunya kunjungannya ke tanah suci.


Sebagai seorang pasifis seumur hidup, dia membuat dirinya disayangi oleh gerakan perdamaian global ketika dia menulis "Manifesto untuk Bangsa Eropa" untuk memohon perdamaian di Eropa melalui persatuan politik semua negara di seluruh benua. 


Tak heran jika dia tak sudi mengunjungi Negara Israel, yang terbentuk dari laras senjata, dinamit, dan darah rakyat Palestina.


Banyak peristiwa "Deir Yassin" telah terjadi sejak Einstein mengutuk keras apa yang dia anggap sebagai terorisme Yahudi. 


Kini, dengan Gaza yang masih membara akibat serangan militer brutal terbaru Benjamin Netanyahu terhadap penduduk sipil yang sebagian besar tak bersenjata, masa depan negara Zionis ini tampak semakin genting.


Sumber: SindoNews

Komentar