GELORA.ME – Di tengah kontroversi kebijakan penghapusan Pekerjaan Rumah (PR) konvensional bagi siswa di Jawa Barat, Dedi Mulyadi memberikan klarifikasi mendalam.
Melalui akun Instagram resminya @dedimulyadi71 pada Rabu (10/6/2025), Gubernur Jawa Barat itu menegaskan, kebijakan tersebut sangat tepat dan memiliki landasan filosofis yang kuat dalam membentuk peserta didik.
Dedi menjelaskan, penghapusan PR dimaksudkan untuk menghentikan pola lama.
Sebab, pekerjaan rumah yang dilakukan oleh siswa dalam praktiknya hanya semata menyadur jawaban dari buku.
Bukan menambah produktifitas para siswa.
“Penghapusan PR itu dimaknai sebagai upaya menghentikan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah (untuk) dibawa ke rumah yang selalu pembelajaran itu ada jawabannya di buku-bukunya, kemudian dipindahkan menjadi daftar isian yang dilakukan pekerjaannya di rumah,” ungkap Dedi Mulyadi pada Rabu (10/6/2025).
Apalagi lanjutnya, tujuan pemberian PR ini hanya untuk mengejar target 'guru'.
"Tentunya seluruh kegiatan ini untuk mencapai target 80 persen atau 100 persen, dari sistem pembelajaran bisa diselesaikan semuanya di sekolah," bebernya.
Lantas, apa penggantinya?
Dedi Mulyadi menekankan konsep 'pekerjaan rumah produktif'.
Anak-anak justru didorong untuk melakukan aktivitas bermakna di rumah yang terkait dengan peningkatan disiplin, produktivitas, dan harmoni dengan lingkungan.
Aktivitas ini pun dinilainya harus mendapatkan penilaian positif dari guru.
"Anak-anak Ketika di rumah itu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan produktif di rumah yang berhubungan dengan peningkatan disiplin, produktivitas dan bagaimana relaksasi dengan semesta," ungkap Dedi Mulyadi.
Contoh aktivitas produktif di rumah dijelaskannya dapat berupa banyak hal.
Misalnya membantu orangtuanya mencuci piring, mengepel, memasak, menyeterika pakaian ataupun membuat taman di rumah.
"Itu adalah pekerjaan rumah yang harus mendapatkan penilaian positif dari gurunya," imbuhnya.
"Itu bisa menjadi tambahan untuk pembelajaran, PPKN, agama. ekonomi, kemudian pelajaran kimia, pelajaran fisika, semuanya memiliki relevansi dengan pendidikan," beber Dedi Mulyadi.
Selain itu, anak-anak di rumah bisa mengerjakan beragam kegiatan, seperti berkelompok belajar bahasa Inggris di rumah dengan melakukan percakapan.
Hal ini katanya menjadi bagian dari PR yang mengasah kemampuan komunikasi.
Selanjutnya, bermusik membentuk grup, menulis lagu, novel, puisi, mengembangkan seni lukis, membuat kerajinan tangan.
Aktivitas ini ditegaskan Dedi Mulyadi dapat membangun jiwa kreatif dan kewirausahaan.
Begitu juga ketika anak-anak membantu orangtua di bengkel, menggambar mobil, mendesain motor, bahkan berkolaborasi dengan lingkungan untuk membangun industri rumahan seperti pembuatan motor atau mobil listrik.
Ini mengaitkan pengetahuan fisika, kimia, dan teknik dengan aplikasi nyata.
Hal serupa juga dapat diaplikasikan di pertania,
Anak-anak yang suka pertanian bisa berkumpul di sawah, mengukur lahan, menghitung jarak tanam, menghitung pertumbuhan rumpun padi, periode panen, pertumbuhan harian hingga jumlah produktivitas ketika panen.
“Ini juga bagian penting dari proses bagaimana pembelajaran di sekolah diaplikasikan dalam hal-hal produktif di rumah,” tegas Dedi, menyoroti aplikasi matematika dan biologi.
Dedi Mulyadi meyakini pendidikan yang terbaik adalah pendidikan yang memberikan banyak pengalaman bagi siswanya, bagi peserta didiknya dan pengalaman itu menjadi penghayatan hidup, penghayatan hidup itu pada akhirnya membangun kenyataan hidup..
"Dan saya meyakini, orang yang sukses adalah orang yang banyak pengalaman hidupnya," imbuhnya.
Di akhir video, Dedi Mulyadi menegaskan akan menerapkan penghapusan PR konvensional.
Kebijakan dan panduan teknis mengenai bentuk penilaian aktivitas produktif pengganti PR konvensional ini katanya akan segera dituangkan dalam Surat Edaran resmi dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Kebijakan ini menandai pergeseran signifikan dalam paradigma pendidikan di Jawa Barat, menitikberatkan pada pembelajaran berbasis pengalaman dan aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
"Dari seluruh rangkaian yang saya sampaikan, nanti akan tertuang dalam Surat Edaran dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat," ujarnya di akhir video.
Surat Edaran Penghapusan PR
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghapus pemberian pekerjaan rumah (PR) bagi siswa di seluruh jenjang satuan pendidikan mulai tahun ajaran baru 2025-2026.
Menindaklanjuti Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 81/PK.03/DISDIK itu, Dinas Pendidikan Jawa Barat mengeluarkan aturan teknis tentang optimalisasi pembelajaran di lingkungan satuan pendidikan.
Dalam aturan tersebut, guru dilarang memberikan PR bagi siswa-siswi ke rumah, tetapi menggantinya dengan pemberian tugas pada saat jam efektif pembelajaran.
"Pemberian tugas, baik individu maupun kelompok, agar dioptimalkan pada saat jam efektif pembelajaran di satuan pendidikan serta tidak membebani peserta didik dengan pemberian tugas pekerjaan rumah yang bersifat tugas tertulis dari setiap mata pelajaran," tulis Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Purwanto dalam surat edaran yang diterima Kompas.com, Selasa (10/6/2025).
Meski PR tertulis dihapuskan, para guru didorong untuk mengarahkan tugas bagi para siswa lebih bersifat eksploratif dan produktif guna mengasah kesadaran peserta didik.
Artikel Terkait
Nadiem Bikin Grup WA Mas Menteri Core Team Sebelum Dilantik, Ini Isi Percakapan yang Bongkar Alibi Baru
Pelaku Pencurian Kapal Nelayan Lampung Timur Diringkus Usai Kejar-Kejararan 2 Jam di Laut
Krisis Transparansi Hukum Kereta Cepat Whoosh: Dampak Fiskal & Solusi Reformasi
Tragis! Santriwati Tewas Tertimpa Longsor di Ponpes Bandung Barat, Ini Kronologinya