'Misteri di Balik Dosen Pembimbing Skripsi Jokowi'
Siapa sebenarnya dosen pembimbing skripsi Joko Widodo saat menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada? Pertanyaan ini kembali mencuat ke permukaan setelah Ir. Kasmudjo, dosen yang selama ini diyakini sebagai pembimbing skripsi, muncul dan menyatakan bahwa dirinya bukanlah pembimbing skripsi, melainkan hanya pembimbing akademik.
Klarifikasi tersebut disampaikan delapan tahun setelah Jokowi, yang kini adalah mantan Presiden Republik Indonesia sekaligus ayah dari Wakil Presiden saat ini, Gibran Rakabuming Raka, menyebut nama Kasmudjo dalam forum resmi pada tahun 2017.
Saat itu, Jokowi dengan yakin menyebut bahwa Kasmudjo adalah dosen pembimbing skripsinya.
Ia bahkan menggambarkan sosok tersebut sebagai dosen yang galak namun membimbing dengan baik.
Pernyataan Jokowi saat itu terdengar meyakinkan dan terekam sebagai bagian dari cerita personalnya di hadapan civitas akademika UGM.
Namun, munculnya klarifikasi dari Kasmudjo mengundang tanda tanya besar. Jika bukan dia pembimbing skripsi Jokowi, lalu siapa?
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Istana ataupun dari Universitas Gadjah Mada yang menjelaskan secara rinci siapa dosen yang sesungguhnya membimbing skripsi mantan Presiden Republik Indonesia itu.
Ketiadaan klarifikasi dari lembaga resmi justru memperbesar ruang spekulasi dan memperpanjang daftar misteri dalam jejak akademik Presiden ketujuh RI tersebut.
Sebagian orang mungkin memaklumi bahwa mengingat nama dosen pembimbing setelah puluhan tahun bisa saja keliru.
Namun, konteks menjadi berbeda ketika hal itu disampaikan dalam forum resmi oleh seorang kepala negara.
Narasi mengenai dosen yang keras dan membimbing seolah dibentuk untuk mencerminkan karakter kepemimpinan Jokowi sendiri.
Sosok pemimpin yang tegas, sederhana, dan dekat dengan rakyat.
Jika narasi ini disusun berdasarkan ingatan yang tidak tepat dan tidak segera diluruskan, maka kredibilitas yang dibangun dari cerita tersebut dapat dipertanyakan.
Terlebih jika keliru itu terjadi bukan karena lupa, melainkan karena ada narasi yang sengaja dibiarkan berkembang.
Selain soal dosen pembimbing, muncul pula pernyataan Jokowi di berbagai kesempatan yang menyebut bahwa dirinya adalah lulusan Jurusan Teknologi Kayu di Fakultas Kehutanan UGM.
Ungkapan ini disampaikan berulang dalam berbagai wawancara dan pidato, seolah itu merupakan bagian dari identitas akademiknya.
Namun jika ditelusuri, pada tahun-tahun ketika Jokowi menjadi mahasiswa, tidak ada jurusan formal bernama Teknologi Kayu di Fakultas Kehutanan UGM.
Yang ada adalah bagian atau peminatan dalam rumpun keilmuan teknologi hasil hutan, termasuk teknologi pengolahan kayu.
Dengan kata lain, Teknologi Kayu merupakan konsentrasi atau fokus studi, bukan jurusan resmi sebagaimana dimaksud dalam struktur akademik.
Meskipun perbedaan istilah ini terlihat sederhana, penggunaan istilah yang tidak tepat secara konsisten dan tanpa koreksi dari institusi pendidikan menimbulkan pertanyaan tentang keakuratan informasi yang disampaikan kepada publik.
Ketika seorang kepala negara menceritakan latar belakang pendidikannya, publik tentu berharap ada kejelasan dan ketepatan.
Sebab, setiap bagian dari biografi Presiden adalah catatan sejarah dan simbol tanggung jawab moral.
Dalam konteks ini, kita tidak sedang mempermasalahkan detail akademik semata.
Yang sedang dipertaruhkan adalah integritas, transparansi, dan kejujuran yang menjadi fondasi dari kepercayaan rakyat.
Jika perkara sederhana seperti siapa dosen pembimbing saja masih menjadi misteri, bagaimana mungkin publik bisa meyakini bahwa hal-hal besar dikelola dengan lebih terbuka dan jujur.
Publik tidak menuntut kesempurnaan. Yang diharapkan hanyalah kejujuran yang utuh, tak setengah-setengah, dan tidak tergantung pada siapa yang sedang bicara atau apa kepentingannya.
Dalam urusan ingatan, manusia bisa keliru. Tetapi dalam urusan kepemimpinan, kejujuran adalah harga yang tak boleh dinegosiasikan. ***
Artikel Terkait
Sosok Ini Pernah Teliti Tiga Ijazah Fakultas Kehutanan UGM 1985, Ungkap Fakta Terbaru Ijazah Jokowi!
Penyakit yang diderita Suami Najwa Shihab sebelum Meninggal, Disebut Sempat Pendarahan Otak
Terbongkar! Sistem Barak Militer Untuk Anak Nakal Ala Dedi Mulyadi Juga Ada di Finlandia?
Jokowi Dulu Ngaku IPK Kurang dari 2, Guru Besar USU: Harusnya Sudah Drop Out!