"Jadi beliau (Bang Ucu) apapun keluhan masyarakat langsung direspon. Kalau ada tawuran antar suku beliau turun langsung ke lapangan," kata Chatu.
Biasanya, Bang Ucu akan turun ke lapangan sendiri dengan hanya bermodalkan golok yang tergantung di samping celananya.
Tak jarang juga, jawara silat betawi itu turun lapang dan membantai lawannya menggunakan tangan kosong.
Namun, kata Chatu, tak pernah satu kali pun Bang Ucu kalah telak dengan lawannya. Sebaliknya, lawan Bang Ucu yang justru kocar-kacir dan minta maaf karena telah mencoba melawannya.
Seperti saat perang suku antara Betawi Madura dan Banten Makassar di daerah Kebayoran Lama.
Atau, kala Bang Ucu melawan kepungan Pemuda Pancasila di Monas 2008 silam.
"Pada saat itu ada Amien Rais, kerusuhan antara suku Madura dan Betawi, waktu senjata tajam udah keluar semua, segera Bang Ucu selesaikan, saya saksinya," ujar Chatu.
"Jarang saya lihat orang yang merasa jagoan tapi enggak sesuai perilakunya. Tapi kalau babeh langsung dibegitukan (diberitahu ada perang) langsung turun tanpa memperhitungkan nyawanya, tanpa memperhitungkan berapa banyaknya (lawan) enggak," lanjutnya.
Kendati begitu, hingga usianya kini 76 tahun, Bang Ucu tak pernah mendapatkan luka-luka di sekujur tubuhnya.
Meskipun saat berperang, kata Chatu, dirinya selalu sendirian melawan kelompok dalam jumlah besar.
"Enggak pernah (luka-luka). Waktu dikepung sama Pemuda Pancasila waktu itu Bung Japto dulu sampai dikepung 40 Jeep di Monas 2008 apa tahun berapa gitu kejadian," kata Chatu.
"Dengan sadar, (Japto) minta maaf, jadinya sekarang kawan," lanjutnya.
Selain itu, lanjut Chatu, sang ayah juga pernah dibawa ke meja persidangan lantaran dianggap membunuh orang.
Padahal kala itu, Bang Ucu tengah tak membawa senjata apapun.
Sehingga menurutnya, justru korban yang terbunuh itulah yang membunuh dirinya sendiri.
"Contoh waktu itu aparat tahun 80-an, aparat (mau) menusuk tiba-tiba dibalikin ke sendiri (senjatanya). Jadi menang di pengadilan bapak, kan bapak enggak bawa apa-apa," ungkap Chatu.
"Kan beliau (aparat) yang mau membunuhnya, bapak membela diri lah. Ketuk palu langsung hakim vonis bapak enggak bersalah," imbuhnya.
Chatu berujar, sering menangnya Bang Ucu kala bertarung dengan siapapun membuat namanya kini tersohor.
Bukan hanya di wilayah Tanah Abang, tetapi juga sebagai legenda betawi.
"Enggak pernah satu lawan satu. Kalau berantem, satu lawan se kampung," ungkap Chatu.
"Kadang-kadang pulang bawa senjata tajam ke rumah, sekarung dua karung bekas dikumpulin dari hasil itu (perang), karena mereka kabur," lanjutnya.
Bahkan ayahnya itu pernah dijuluki sebagai 'Orang gila' sebab caranya membantai habis musuh itu benar-benar tiada tanding.
Bagaimana tidak, ia merupakan sosok yang berhasil mengusir kerusuhan 1998 di kawasan Bundaran HI.
"Beliau kan selalu berprinsip TNI Polri dan rakyat selalu bersatu, selalu membantu. Apapun TNI Polri yang dibutuhkan beliau langsung bantu, contohnya kerusuhan 98 beliau yang ngusir pendemo-pendemo di HI yang jutaan orang," jelas Chatu.
Terkini, sosok legenda betawi yang memiliki tiga istri dan 16 anak itu sudah mulai ringkih.
Diceritakan oleh Chatu, ayahnya itu jatuh sakit sejak tiga tahun yang lalu dan kini tengah mendapatkan perawatan.
Kendati begitu, Bang Chatu masih kerap menanggapi orang-orang yang datang kepadanya untuk meminta saran atau sekadar bersilaturahmi.
Pasalnya, dirinya masih menjadi pemimpin di wilayah Tanah Abang hingga hari ini.
Sumber: wartakota
Artikel Terkait
Polisi di Natuna Ditikam Petugas Kebersihan Diduga Mabuk, Ini Kronologinya
Gempa Magnitudo 5.6 Guncang Maluku Barat Daya, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami
Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat: Kronologi, Lokasi, & Profil Lengkap
Gelar Pahlawan Nasional Soeharto Tetap Diusulkan Pemerintah, Ini Kata Mensos