Meksiko Kecam Aksi Militer AS di Karibia dan Pasifik, Langgar Hukum Internasional
Pemerintah Meksiko secara resmi melayangkan protes keras kepada Amerika Serikat (AS) menyusul serangan militer yang dilancarkan terhadap kapal-kapal di perairan Laut Karibia dan Pasifik. Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, secara tegas menyatakan bahwa tindakan Washington ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan mencerminkan sikap main hakim sendiri di wilayah kedaulatan negara lain.
Meksiko Panggil Dubes AS untuk Klarifikasi
Sebagai bentuk protes diplomatik, Sheinbaum telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Meksiko untuk memanggil Duta Besar AS di Mexico City. Pemanggilan ini bertujuan untuk meminta penjelasan resmi atas serangkaian serangan militer AS yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Sheinbaum menegaskan komitmen Meksiko untuk menghormati semua perjanjian internasional dan menolak penggunaan kekuatan militer sepihak.
AS Akui Serangan Udara Tewaskan Puluhan Orang
Konfirmasi serangan datang dari Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, yang mengakui bahwa Pentagon melancarkan tiga serangan udara. Serangan yang menargetkan empat kapal di Pasifik Timur pada akhir Oktober 2025 ini diduga mengangkut narkoba. Operasi ini diklaim sebagai bagian dari kampanye besar-besaran melawan perdagangan narkoba dan terorisme di bawah Komando Selatan AS (SOUTHCOM). Data yang dirilis menunjukkan peningkatan drastis operasi militer AS, dengan sedikitnya 14 kapal hancur dan 60 orang tewas sejak awal September.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Sanksi AS ke Rosneft & Lukoil: Perang Ukraina Makin Jauh dari Damai?