Ekonom Khawatir Pernyataan Prabowo Soal Whoosh Hambat Penyidikan KPK
Ekonom Anthony Budiawan menyampaikan kekhawatiran bahwa pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai kasus dugaan korupsi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) berpotensi menghentikan proses hukum penyelidikan markup yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Peringatan dari Diskusi Skandal Whoosh
Pernyataan ini disampaikan Anthony Budiawan dari Political Economy and Policy Studies (PEPS) dalam diskusi publik "Skandal Whoosh: Pintu Masuk Bongkar Korupsi Jokowi" yang digelar di Kantor Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) pada Rabu, 5 November 2025.
"Jangan sampai bahwa statement dia (Presiden Prabowo) itu seolah-olah menyatakan, 'eh semua KPK yang Anda sedang menyelidiki semua stop prosesnya'," tegas Anthony.
Masalah Utama: Ketidakmampuan Bayar Bunga Pinjaman
Menurut analisisnya, persoalan Whoosh melampaui isu pengalihan proyek dari Jepang ke China atau sekadar pembengkakan biaya. Anthony menekankan bahwa temuan utama adalah dugaan markup dari nilai awal 6,2 miliar Dolar AS menjadi 7,2 miliar Dolar AS.
"Yang paling masalah saat ini adalah kita tidak bisa bayar bunganya," tegasnya.
Perbandingan Bunga Pinjaman Jepang vs China
Anthony menguraikan perhitungan finansial yang membedakan kedua skema pembiayaan. Apabila proyek Whoosh tetap dipegang Jepang dengan bunga 0,01 persen, maka bunga tahunan yang harus dibayar hanya sekitar 73,35 juta Dolar AS (tanpa cost overrun).
Artikel Terkait
Gubernur Riau Abdul Wahid Tersangka KPK: Fakta Jatah Preman Rp7 Miliar dan Perintah Satu Matahari
Usman Hamid Bongkar Alasan Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Rekam Jejak Kelam Hingga Masa KNIL
Kadis PUPR Riau Ancam Copot Pejabat yang Tolak Setor Fee 5% ke Gubernur Wahid
Kebakaran Rumah Hakim PN Medan Khamozaro Waruwu: Polisi Didorong Ungkap Motif dan Dalang