Protes PMTI Makassar ke Pandji Pragiwaksono: Materi Stand Up Dinilai Hina Adat Istiadat Toraja
Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, secara resmi menyuarakan keberatan dan kekecewaan yang mendalam atas materi stand up comedy yang dibawakan oleh Pandji Pragiwaksono. Amson menegaskan bahwa materi yang dilontarkan Pandji bukan sekadar candaan ringan, melainkan sebuah bentuk penghinaan terhadap adat istiadat dan budaya masyarakat Toraja.
Dua Poin Materi Pandji yang Menyakitkan Masyarakat Toraja
Amson Padolo menjelaskan secara rinci dua hal dalam materi stand up Pandji Pragiwaksono yang dinilai sangat melukai perasaan masyarakat Toraja.
"Pertama, adalah pernyataannya yang menyebutkan bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena menyelenggarakan pesta adat. Kedua, anggapan kelirunya bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau di depan TV. Kedua pernyataan ini tidak benar dan sangat menyinggung harga diri kami," tegas Amson dengan nada serius.
Klarifikasi Prosesi Adat Rambu Solo' dan Penyimpanan Jenazah
Menurut Amson, praktik penyimpanan jenazah dalam tradisi Toraja memiliki tata cara dan aturan adat yang sangat jelas dan tidak dilakukan secara sembarangan. Ia memberikan penjelasan untuk meluruskan kesalahpahaman yang diciptakan oleh materi stand up Pandji tersebut.
"Jika sebuah keluarga memang belum memiliki rencana atau kemampuan finansial untuk segera menggelar Rambu Solo'—yang merupakan upacara kematian adat Toraja—maka jenazah akan disemayamkan di sebuah ruang khusus, bukan di ruang tamu seperti yang disampaikan Pandji. Sementara, jika keluarga benar-benar belum mampu, akan ada musyawarah dan kesepakatan bersama dari keluarga besar dan masyarakat untuk memakamkannya terlebih dahulu. Tidak pernah dalam adat kami ada yang menaruh jenazah di depan TV," tegasnya lagi.
Makna Filosofis Rambu Solo' yang Sesungguhnya
Amson menekankan bahwa bagi masyarakat Toraja, upacara Rambu Solo' sama sekali bukan tentang pesta kemewahan atau gaya hidup. Rambu Solo' adalah bentuk penghormatan terakhir dan tertinggi yang diberikan kepada orang yang telah meninggal dunia.
"Esensi dari Rambu Solo' adalah penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah berpulang. Ini adalah sebuah bentuk akulturasi yang harmonis antara ajaran leluhur Aluk Todolo dan nilai-nilai kekristenan yang dianut mayoritas masyarakat Toraja sekarang. Jadi, ini bukan soal pesta atau kemewahan, tapi tentang rasa hormat, cinta kasih, dan kewajiban adat," tutur Amson menjelaskan.
Artikel Terkait
Raisa Siapkan Saksi Kuat untuk Gugatan Cerai Hamish Daud, Ini Kronologinya
Partai Golkar Usulkan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Ini Alasan Bahlil dan Respons Prabowo
Turki Pimpin Pasukan Muslim ke Gaza: Tantangan untuk Israel & Kesiapan Indonesia
Prabowo Panggil Jonan ke Istana, Bahas Kereta Cepat Whoosh?