Pelanggaran yang dilaporkan mencakup penghilangan paksa, penangkapan sewenang-wenang, hingga pembunuhan di luar hukum. Partai oposisi utama, Chadema, menyatakan bahwa sekitar 700 orang tewas dalam demonstrasi yang pecah sejak Rabu, 29 Oktober 2025.
"Jumlah kematian di Dar es Salaam sekitar 350 dan di Mwanza lebih dari 200. Ditambah dengan korban dari wilayah lain, totalnya mencapai sekitar 700 orang," ujar Juru Bicara Chadema, John Kitoka, seperti dikutip dari AFP pada Sabtu, 1 November 2025. Meski angka ini belum dapat diverifikasi secara independen, sumber keamanan dan diplomatik mengonfirmasi bahwa korban jiwa memang mencapai ratusan orang.
Tuduhan Kecurangan dan Pembatasan Demokrasi
Hassan dan partainya, Chama Cha Mapinduzi (CCM), menghadapi tuduhan melakukan kecurangan untuk mempertahankan kekuasaan. Dua calon presiden dari kubu oposisi yang dianggap kuat didiskualifikasi, sehingga Hassan hanya bersaing dengan 16 kandidat dari partai-partai kecil yang minim kampanye.
Protes pun meluas ke berbagai kota, termasuk pusat ekonomi Dar es Salaam, dengan massa menuntut penyelenggaraan pemilu yang bebas dan adil. Aparat kepolisian dan militer dikerahkan untuk membubarkan aksi unjuk rasa. Pemerintah Tanzania juga mengambil langkah-langkah tegas dengan menerapkan jam malam, memblokir akses internet, dan membatasi media sosial dalam upaya meredam tekanan publik atas pemilu yang dinilai cacat demokrasi.
Artikel Terkait
Persija Jakarta Rekor Tak Terkalahkan, Rizky Ridho Ingatkan Jangan Cepat Puas
Penikaman di Kereta Inggris: 10 Korban Luka, Polisi Pastikan Bukan Terorisme
Turki Gelar Pertemuan Bahas Gencatan Senjata Gaza, Indonesia Diundang
Persija Jakarta Pede Geser Borneo FC dari Puncak Klasemen Liga 1 2025-2026