Prabowo Ungkap Bahaya Serakahnomics di APEC 2025: Ancaman Nyata bagi Ekonomi Global

- Sabtu, 01 November 2025 | 15:35 WIB
Prabowo Ungkap Bahaya Serakahnomics di APEC 2025: Ancaman Nyata bagi Ekonomi Global

Prabowo Peringatkan Bahaya Serakahnomics di Forum APEC 2025

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato penting mengenai ancaman ekonomi serakah atau "Serakahnomics" dalam Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC (APEC Economic Leaders’ Meeting/AELM) di Gyeongju, Korea Selatan. Dalam forum yang dihadiri para kepala negara dari 21 ekonomi anggota APEC, Prabowo menegaskan bahwa keserakahan ekonomi menjadi penghambat utama pertumbuhan sejati dan perusak keadilan.

Ancaman Ekonomi Serakah dan Dampaknya

Prabowo mengidentifikasi Serakahnomics sebagai ancaman multidimensi yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga moral dan sosial. Menurutnya, keserakahan telah menjelma dalam berbagai bentuk seperti korupsi, penyelundupan, penipuan, dan ekonomi gelap lintas negara. "Kami di Indonesia sedang berjuang melawan korupsi, melawan penipuan, dan melawan greed economies/ekonomi serakah, yang menahan pertumbuhan sejati," tegas Presiden dalam pidatonya.

Pentingnya Membangun Kembali Kepercayaan Global

Presiden menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya ketegangan global dan menurunnya rasa saling percaya antarnegara yang membahayakan stabilitas ekonomi. Namun, ia menegaskan bahwa kawasan Asia-Pasifik tidak boleh menyerah pada keadaan ini. "Asia-Pasifik tidak boleh menerima perpecahan sebagai takdirnya. Kita harus bangkit di atas rasa curiga dan ketakutan, dan kita harus membangun kembali kepercayaan di antara kita dan dalam perekonomian global," seru Prabowo.

Komitmen Indonesia pada Perdagangan Multilateral

Prabowo menegaskan kembali komitmen kuat Indonesia terhadap sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai intinya. "Indonesia berkomitmen pada sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dengan WTO sebagai pusatnya, agar semua pihak dapat bersaing di atas gelanggang yang setara," ujarnya. Ia menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi yang menyingkirkan sebagian pihak hanya akan melahirkan ketimpangan dan potensi konflik.

Halaman:

Komentar