Fenomena ini terjadi di tengah persaingan pasar domestik China yang sangat ketat. Industri EV China, meskipun terbesar di dunia, menghadapi tekanan berat pada profitabilitas perusahaan. Kondisi ini mendorong banyak pelaku industri, termasuk BYD, untuk lebih agresif berekspansi ke pasar luar negeri.
Lingkungan bisnis di dalam negeri juga semakin diawasi ketat. Pada Mei 2025, asosiasi industri sempat mengecam praktik perang harga, yang dipicu oleh program diskon dan tukar-tambah besar-besaran yang diluncurkan oleh BYD.
Penurunan laba kuartal III ini mengikuti periode pertumbuhan pesat yang sebelumnya dialami BYD. Perusahaan bahkan sempat mencatat rekor laba pada kuartal pertama tahun 2025.
Pencapaian signifikan juga ditorehkan BYD pada tahun 2024, ketika pendapatan tahunannya berhasil melampaui pesaing utamanya, Tesla asal Amerika Serikat, dan menembus angka simbolis USD100 miliar.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Wapres Gibran Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas, Ajak Masyarakat Ikuti Program CKG
Perampok dari Lampung Dihajar Massa Usai Gasak Perhiasan Nenek 75 Tahun di Brebes
3 Jalur Alternatif Bengkulu ke Padang 2024: Rute Tercepat & Paling Aman
KPK Percepat Penyelidikan Korupsi Kereta Cepat Whoosh, Imbau Pihak Terkait Kooperatif