Militer Mesir Siaga Perang di Sinai, Israel Ngadu ke AS

- Minggu, 21 September 2025 | 08:10 WIB
Militer Mesir Siaga Perang di Sinai, Israel Ngadu ke AS


GELORA.ME
-  Israel mulai khawatir dengan meningkatnya kehadiran militer Mesir di Semenanjung Sinai. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan mengadu ke sekutunya, Amerika Serikat, soal kesiagaan perang Mesir tersebut.

Penumpukan pasukan yang dilaporkan telah menjadi titik pertikaian utama antara Kairo dan Tel Aviv dalam beberapa bulan terakhir. Setelah gagal menyelesaikan masalah ini melalui pembicaraan langsung dengan para pejabat Mesir, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan meminta pemerintahan Trump untuk melakukan intervensi, Axios melaporkan pada Sabtu, mengutip seorang pejabat AS dan dua pejabat Israel.

Dalam pertemuan pada Senin, Netanyahu menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio daftar kegiatan yang menurutnya merupakan pelanggaran serius terhadap perjanjian perdamaian Israel-Mesir tahun 1979.

Menurut para pejabat Israel, pelanggaran-pelanggaran ini termasuk pembangunan infrastruktur militer yang dapat digunakan untuk operasi ofensif di wilayah-wilayah di mana hanya angkatan bersenjata ringan yang diizinkan berdasarkan ketentuan perjanjian.

Mereka menambahkan bahwa Mesir telah membangun fasilitas militer bawah tanah dan memperluas landasan pacu di pangkalan udara di Sinai untuk menampung jet tempur.

Para pejabat Israel menduga situs bawah tanah tersebut mungkin dimaksudkan untuk penyimpanan rudal, meskipun mereka mengakui bahwa saat ini tidak ada bukti nyata yang mendukung klaim tersebut. 

“Apa yang dilakukan warga Mesir di Sinai sangat serius, dan kami sangat prihatin,” kata seorang pejabat Israel kepada Axios.

Pejabat lain mengatakan Israel telah menyoroti masalah ini dengan Mesir melalui saluran diplomatik dan militer, namun diskusi tersebut tidak menghasilkan kemajuan. Sumber-sumber Israel juga mengklaim bahwa Mesir gagal memberikan penjelasan yang memuaskan atas penumpukan tersebut.

Seorang pejabat Mesir mengatakan kepada Axios bahwa pemerintahan Trump tidak menyinggung masalah ini ke Kairo dan membantah tuduhan Israel.

Sumber terpisah di Mesir mengatakan kepada Haaretz bahwa kehadiran militer di Sinai sepenuhnya didorong oleh ketakutan Kairo bahwa Israel mungkin berupaya mengusir paksa warga Palestina dari Gaza ke wilayah Mesir.

Bulan lalu, Middle East Eye mengungkapkan bahwa Mesir telah mengerahkan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan Gaza di tengah kekhawatiran bahwa rencana pendudukan Israel di jalur tersebut dapat memicu eksodus massal warga Palestina ke Sinai Utara.

Sumber senior militer Mesir mengatakan sekitar 40.000 tentara kini ditempatkan di Sinai Utara, hampir dua kali lipat jumlah yang diizinkan berdasarkan perjanjian tahun 1979.

“Tentara Mesir berada dalam kondisi siaga tertinggi yang pernah kami lihat selama bertahun-tahun,” kata sumber itu, seraya mencatat bahwa Kairo telah memberi tahu Israel tentang bala bantuan tersebut.

“Mesir bersikeras bahwa mobilisasi tersebut bersifat defensif, namun telah menegaskan bahwa setiap serangan di wilayahnya akan ditanggapi dengan tegas,” sumber itu menambahkan.

Mesir dilaporkan telah mengerahkan kendaraan lapis baja, sistem pertahanan udara Tiongkok, pasukan khusus, dan tank tempur M60 di dan sekitar kota Rafah dan Sheikh Zuweid, serta di dekat desa al-Jura, dekat perbatasan Gaza.

Awal bulan ini, MEE juga mengungkapkan bahwa intelijen Mesir mengungkap rencana Israel untuk menargetkan para pemimpin Hamas di Kairo, dan memperingatkan bahwa tindakan semacam itu akan memicu respons militer yang kuat.

Mesir sebelumnya dilaporkan sedang berusaha untuk menghidupkan kembali kekuatan militer gabungan Arab yang meniru NATO, menurut beberapa laporan berbahasa Arab pekan lalu. Media-media menghubungkan langkah tersebut dengan agresi Israel dan KTT Arab-Islam di Doha.

Sumber tersebut termasuk surat kabar Al-Akhbar Lebanon, yang mengutip sumber pemerintah di Kairo. Al-Quds Al-Arabi yang berbasis di London melaporkan bahwa Presiden Abdel Fattah al-Sisi sedang berupaya untuk membangun kembali dukungan Arab terhadap kekuatan reaksi cepat yang dapat dikerahkan untuk melindungi negara Arab mana pun yang diserang. 

Media itu melaporkan bahwa usulan tersebut telah diajukan dalam kontak diplomatik baru-baru ini menjelang KTT di Doha. Media tersebut membingkai gagasan tersebut sebagai payung pertahanan dan bukan sebagai upaya untuk melakukan eskalasi dengan Israel.

Media Palestina, Ma’an, memuat rincian serupa dan mengatakan bahwa Kairo sedang mendiskusikan kontribusi sekitar 20.000 tentara Mesir dan berusaha untuk menempatkan perwira bintang empat Mesir sebagai komando, dengan Arab Saudi sebagai mitra utama jika rencana tersebut berhasil. Ma'an menilai diskusi tersebut sedang berlangsung.

Diskusi terfokus pada bagaimana badan tersebut akan beroperasi, dan Kairo menekankan bahwa badan tersebut harus dibentuk sesuai dengan demografi dan kapasitas militer negara-negara Arab yang berpartisipasi.

Sumber: republika

Komentar