GEGER! Aktivis Yang Tolak Geotermal di Flores Meninggal Tak Wajar Dengan Leher Terikat, Keluarga Minta Diselidiki

- Rabu, 10 September 2025 | 21:20 WIB
GEGER! Aktivis Yang Tolak Geotermal di Flores Meninggal Tak Wajar Dengan Leher Terikat, Keluarga Minta Diselidiki




GELORA.ME - Vian Ruma (30), aktivis yang aktif dalam gerakan penolakan proyek geotermal di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, ditemukan meninggal dengan posisi tergantung di sebuah pondok. 


Menurut keluarga, ada kejanggalan dalam kematian Vian. Mereka meminta polisi menyelidiki kematian itu.


Marlon Ruma, adik kandung korban, lewat sambungan telepon pada Minggu (7/9/2025) mengatakan, Vian ditemukan meninggal dengan posisi tergantung  pada Jumat (5/9/2025). 


Lokasinya di dalam sebuah pondok di tengah kebun yang berada di Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo.


Di lokasi itu ditemukan sepeda motor miliknya yang diparkir di luar pondok serta telepon genggam yang tergeletak tak jauh dari posisi korban. 


Korban sudah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Ngera, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Sabtu (6/9/2025).


Menurut Marlon, banyak kejanggalan yang ditemukan dalam peristiwa itu. Contohnya, tali yang terlilit di leher korban adalah tali sepatu. 


Begitu juga posisi kaki korban yang menyentuh lantai. Jika dalam kondisi itu, korban tidak mungkin meninggal.


Di lokasi kejadian juga ditemukan bercak darah. Temuan ini semakin menguatkan keyakinan keluarga bahwa korban diduga mengalami kekerasan. 


”Kami berharap aparat kepolisian segera mengungkap kasus ini secara terang,” ucap Marlon.


Ia menuturkan, selama hampir sepekan, Vian hilang kontak. Sehari-hari, Vian bekerja sebagai guru Matematika di SMP Negeri Nangaroro. 


Ia baru saja lulus sebagai aparatur sipil negara (ASN) dengan status pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K).


Selama ini, Vian tidak pernah menunjukkan ada masalah serius. Ia terlibat aktif dalam kegiatan di gereja ataupun aktivitas sosial lain. 


Keluarga tidak terima jika Vian disebut mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. 


Kami tidak percaya,” ucapnya.


Aktivis tolak geotermal 


Eda Tukan, sahabat Vian yang terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, mengatakan, Vian salah satu anak muda yang berani memperjuangkan penolakan terhadap proyek geotermal di Pulau Flores. 


Proyek energi baru dan terbarukan itu mendapat penolakan dari masyarakat luas, termasuk pihak Gereja Katolik di Flores.


”Rencananya, pekan ini kami membuat gerakan lagi untuk terus menyuarakan penolakan terhadap proyek geotermal. Vian salah satu penggeraknya. Sayangnya dia sudah tiada,” tutur Eda yang dihubungi secara terpisah.


Eda enggan berspekulasi terkait penyebab kematian Vian dan apakah kematiannya berhubungan dengan gerakan sosial yang dilakukan selama ini. 


Namun, Eda meragukan kematian Vian disebabkan oleh bunuh diri. Ia melihat banyak kejanggalan dalam peristiwa itu. 


”Biar polisi yang mengungkapnya,” ujarnya.


Dalam catatan Kompas, Pulau Flores dan sekitarnya memiliki potensi geotermal atau panas bumi hampir 1.000 megawatt. 


Pemerintah pusat melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kemudian menetapkan Flores sebagai pulau panas bumi atau geothermal island.


Potensi panas bumi membentang dari ujung timur ke barat Pulau Flores, mulai dari Kabupaten Flores Timur hingga Manggarai Barat. 


Potensi panas bumi itu berada satu garis dengan deretan gunung api di wilayah Flores. Sebanyak 13 gunung api aktif berdiri di pulau seluas lebih kurang 14.000 kilometer persegi itu.


Masyarakat Flores khawatir dengan dampak buruk proyek geotermal yang sudah terasa. 


Di Kabupaten Ngada, semburan lumpur dari proyek geotermal yang gagal telah merusak lahan pertanian. 


Di Poco Leok, Manggarai, misalnya, proyek panas bumi telah menimbulkan konflik sosial antarwarga. 


Secara topografi, wilayah Flores didominasi oleh perbukitan, sedangkan wilayah lahan yang rata untuk pertanian sangat terbatas. 


Jika areal yang terbatas itu dijadikan tempat eksploitasi geotermal, masyarakat khawatir akan kehilangan lahan penghidupan. 


Kepala Polres Nagekeo Ajun Komisaris Besar Rachmat M Salihi, yang dihubungi lewat pesan singkat, belum menjelaskan langkah yang diambil polisi terkait kematian Vian tersebut. 


Menurut dia, kasus itu sedang ditangani kepolisian sektor setempat.


Sumber: Kompas

Komentar