Mohamed Bhar (24), yang menderita sindrom down dan autisme tewas di depan mata ibunya sendiri akibat ulah keji tentara Israel. Bhar meninggal dunia setelah mengalami pendarahan akibat serangan anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel di kediamannya.
Penyerangan ini terjadi pada 3 Juli ketika tentara Israel (IDF) menggerebek rumah Bhar di Jalan Nazaz. Ibunya, Nabila Bhar (70) momohon agar putranya tidak disakiti.
"Saya bilang pada mereka, ‘Dia cacat, cacat. Kasihanilah dia, dia cacat. Jauhkan anjing itu darinya," kata Nabila, dikutip BBC, Jumat (19/7/2024).
Namun pasukan IDF yang jumlahnya hampir selusin dengan seekor anjing tempur tidak menghiraukan ucapannya. Pasukan IDF melepaskan anjing tempur itu dan membiarkannya mencabik tubuh Bhar di depan ibunya.
"Anjing itu menyerangnya, menggigit dadanya dan kemudian tangannya. Muhammad tidak berbicara, hanya bergumam, 'Tidak, tidak, tidak.' Anjing itu menggigit lengannya dan darahnya mengalir," kenang Nabila.
Lalu, kata Nabila, saat mendengar teriakan putra tercintanya, Nabila tidak bisa menolong Bhar. Bhar hanya menepuk-nepuk kepala anjing itu sambil memohon untuk tidak menyerangnya lagi.
Namun anjing itu justru mencabik-cabik tubuh Bhar yang sudah berlumuran darah akibat serangan itu.
"Aku ingin menemuinya tapi tidak bisa. Tidak ada seorang pun yang bisa mendekatinya, dan dia menepuk-nepuk kepala anjing itu sambil berkata, ‘cukup sayangku.’ Pada akhirnya, dia mengendurkan tangannya, dan anjing itu mulai mencabik-cabiknya saat dia berdarah," katanya.
Pada saat itu, kata Nabila, para tentara membawa Bhar ke ruangan lain, dan menjauhi anjing tersebut. Menurut Nabila, IDF berusaha untuk mengobati luka dari Bhar.
Bhar, kata Nabila, ketakutan semenjak insiden penyerangan itu. Dia yang biasanya bergantung dengan keluarga kini berada di dalam perwatan pasukan IDF.
"Mereka membawanya pergi, menempatkannya di ruangan terpisah, dan mengunci pintu. Kami ingin melihat apa yang terjadi padanya. Kami ingin bertemu Muhammad, melihat apa yang terjadi padanya,” kata Nabila.
Sayangnya, keluarga Bhar tidak diizinkan untuk mendekat dan melihat bagaimana kondisinya pasca serangan itu. Nabila bahkan sempat ditodong senjata ketika dia berusaha untuk mendekat.
IDF, katanya, mengunci Nabila di sebuah ruangan sendirian yang terpisah dari Bhar. Nabila mengatakan bahwa IDF berencana untuk membawa dokter untuk merawat Bhar yang terluka.
"Mereka menyuruh kami diam dan mengarahkan senjatanya ke arah kami. Mereka menempatkan kami di sebuah ruangan sendirian, dan Muhammad sendirian di ruangan lain. Mereka berkata, 'Kami akan membawa dokter militer untuk merawatnya'," katanya.
Setelah mendatangkan dokter untuk merawat Bhar, keluarganya diminta untuk meninggalkan rumah itu dan membiarkan Bhar tetap berada di sana.
Artikel Terkait
Nanang Gimbal Dituntut 15 Tahun Penjara, Ini Kronologi Pembunuhan Sandy Permana
SIM Keliling Bandung Hari Ini 2025: Lokasi, Syarat & Biaya Perpanjangan
Kasus Misteri Kematian Terapis RTA di Pejaten: Pencabutan Laporan & 22 Saksi Diperiksa
Layanan Perjalanan Bisnis 24/7 AladinTravel: Solusi Efisiensi Perjalanan Dinas Perusahaan