Mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras pada Maret 2024 mencapai 567,22 ribu ton. Total nilainya mencapai 371,60 juta dolar AS. Atau harga per tonnya sekitar 655 dolar AS. Jauh lebih mahal ketimbang penawaran dari perusahaan Vietnam itu.
Dengan asumsi harga tertinggi dari Tan Long Group sebesar 573 dolar per ton, ada selisih 82 dolar AS per ton. Jika dikalikan total impor beras 2024 sebanyak 2,2 juta ton, selisihnya 180,4 juta dolar AS. Dengan asumsi kurs Rp15.000/dolar AS, setara Rp2,7 triliun. Itu baru dugaan korupsi dari selisih harga beras impor.
Sedangkan kerugian negara akibat denda bongkar muat atau demurrage, angkanya sekitar Rp294,5 miliar. Gara-gara kontainer berisi beras impor 'parkir' terlalu lama di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Mulai pertengahan hingga akhir Juni 2024.
Atas tudingan ini, Perum Bulog buru-buru mengeluarkan bantahan. Kata Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, Perum Bulog sudah mengitung total biaya demurrage yang biasanya kurang 3 persen dari nilai impor.
"Biaya demurrage seperti halnya biaya despatch adalah konsekuensi logis dari mekanisme ekspor-impor," papar Bayu.
Sumber: inilah
Artikel Terkait
Ustaz Azhari Beberkan Kunci Hadapi Penolakan Dakwah & Hoax di Medsos, Ini Pesannya
Trump International Golf Club Lido Resmi Diperkenalkan di Indonesia Golf Festival 2025
Potensi Ekonomi Laut Indonesia Baru 25%: PDIP Sebut Laut adalah Masa Depan
Viral Pengeroyokan Pelajar di Langkat, 2 Pelaku Ditangkap Polisi: Kronologi dan Respon Kapolres