Menurutnya, MK telah berubah menjadi Mahkamah Keluarga. Pelanggaran etik berat yang dilakukan Anwar Usman yang kini dikenal dengan sebutan Paman Gibran ditanggapi oleh alam.
“Badai melanda Solo. Pesan langitan ini menjadi simbol yang sangat penting, bahwa kekuasaan itu ada batasnya," kata Djarot.
Berkenaan dengan itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini lantas mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia berdoa agar bangsa Indonesia dijauhkan dari berbagai hal negatif.
“Kita semua percaya bahwa keadilan akan ditegakkan. Kalau langitan saja sudah mengirimkan tanda dengan ambruknya pohon beringin di Solo, maka seluruh rekayasa hukum di MK harus diakhiri. Kekuasaan tidak bisa dibangun dengan ambisi. Jangan pernah gelapkan hati nurani," kata Djarot.
Lebih lanjut, Djarot pun percaya bahwa keadilan yang akan bicara. Sebab menurutnya, hadirnya pasangan Prabowo-Gibran dengan cara-cara yang dinilainya bertentangan dengan akal sehat dan kebenaran nurani telah dijawab oleh kekuatan langitan yang berasal dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Yang saya heran, patung para Punakawan tidak tumbang, artinya rakyat wong cilik yang akan meluruskan penyalahgunaan kekuasaan pada akhir-akhir ini," pungkasnya.
Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi di Kota Solo pada Sabtu (11/11) lalu menyebabkan pohon beringin berukuran raksasa di pojok depan Stadion R Maladi Sriwedari termasuk patung wayang Pandawa Lima di Plaza Balai Kota Solo hancur.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Optimisme Pelaku Industri Tembus 70,5% di Oktober 2025, IKI Ekspansif
Prabowo Undang Guru Bahasa Inggris dari Selandia Baru untuk Latih Calon PMI
KPK Selidiki Proyek Whoosh KCJB: Jokowi dan Para Menteri Bisa Dipanggil
Arab Saudi Cetak Rekor 4 Juta Visa Umrah dalam 5 Bulan, Begini Aturan Barunya