Luhut Ngaku Telat Bersyahadat...

- Jumat, 13 Oktober 2023 | 13:00 WIB
Luhut Ngaku Telat Bersyahadat...

Dari 420 halaman buku ini, berisi testimoni dari 79 tokoh. Namun, Prabowo Subianto tak termasuk di dalamnya. Hanay saja saat penyerahan buku di acara ulang tahun ke-76 Luhut, dia mengakui hubungannya dengan mantan atasannya itu ibarat ‘Tom dan Jerry”. Dia sering beda pendapat dengan Luhut, apalagi sama-sama punya karakter keras sebagai bentukan pendidikan militer.


Di Kopassus, keduanya mengikuti pendidikan Antiteror di Greenzschutzgruppe (GSG)-9 tahun 1981 di Jerman Barat. Keduanya lalu sama-sama membentuk Sat-81/Gultor, Luhut menjadi komandan dan Prabowo wakilnya. Tak heran bila Prabowo tetap menganggap Luhut seniornya. “Sandi beliau gajah. Jadi kalau telepon, saya selalu menjawab, ‘Siap gajah muda’,” kata Prabowo.


Lain lagi dengan Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Panjaitan. Dia yang pernah menjadi komandan Luhut di Kopassus, menyatakan, meski punya nilai cemerlang dan selalu bisa menyelesaikan tugas dengan baik, Luhut tidak pernah diberi jabatan bergengsi. Tidak pernah menjadi Dan Kopassus maupun Pangdam. Jabatan teritorial yang pernah diembannya cuma Danrem di Madiun, 1993-1995. Menurut Sintong hal itu salah satunya karena Luhut sangat dekat dengan Jenderal Benny Moerdani sehingga tak disukai Presiden Soeharto.


Toh begitu, Luhut masih menyimpan obsesi bisa menjadi KSAD. Ketika Sintong memanggilnya dan menawari menjadi Duta Besar untuk Singapura atas persetujuan Presiden BJ Habibie, Luhut menolak. Sintong pun murka. “Hut, jelek kali muka kau!. Sudahlah, kau tidak usah mimpi jadi KSAD. Ini perintah panglima tertinggi,” tegas Sintong dengan jengkel. Sejurus kemudian Luhut menukas, “Siaappp!!!”.


Selepas menjabat dubes, Luhut menjadi Menteri Perindustrian menggantikan Jusuf Kalla di kabinet Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ketika Gus Dur lengser, Luhut memilih menjadi pengusaha dengan mentor Aburizal Bakrie (Ical). Ketika batal menjadi calon wapres, Ical sempat menyebut nama Luhut sebagai alternatifnya. Luhut pun, menurut kesaksian Letjen TNI (Purn) Sumardi merasa dirinya pantas menjadi wapres. Hanya saja Peter Gontha menyergah. “Tak mungkin lah, Bang. Abang kan bukan orang Jawa, lagi pula Kristen.”


Sumardi mengaku termasuk yang kecewa dengan sikap Luhut yang langsung melempem. Sebagai sohib sesama Akabri 1970 dia menilai kapasitas Luhut sangat layak untuk menjadi wapres. “Kenapa tidak running jadi cawapres,” tanya Sumardi dalam sebuah kesempatan. Dengan berseloroh sohibnya itu menjawab, “Mas, aku ini terlambat mengucapkan syahadat.” Keduanya lantas tergelak.


Toh begitu, di kabinet Presiden Joko Widodo dia menjadi menteri paling dipercaya. Dia mengemban berbagai tugas dan jabatan. Kalau dalam kalimat Yenny Wahid, “Pak Luhut seolah memainkan peran sebagai Mahapatih.”


Sepak terjang Luhut merangkai banyak jaringan politik dan kekuatan ekonomi global bagi kepentingan Republik ini, adalah legacy hebat yang akan ditinggalkannya, laksana Ptih Gajah Mada, yang menyatukan Nusantara. (*)

Halaman:

Komentar