Demokrat, Berhentilah Meratap

- Minggu, 17 September 2023 | 11:30 WIB
Demokrat, Berhentilah Meratap


Dengan Anies, AHY punya titik temu di "semangat perubahan". Spirit ini tidak cocok jika Demokrat bergandengan dengan Prabowo maupun Ganjar. Kedua kandidat ini tidak memilih "perubahan" sebagai narasi kempanyenya. Perubahan bukan menjadi program mereka. Jadi, tidak pas jika Demokrat yang kuat narasi perubahannya kemudian bergabung dengan Prabowo atau Ganjar. Apa kata dunia?


Juga harus disadari oleh Demokrat, perubahan itu hanya bisa direalisasikan oleh pengelola negara. Untuk bisa mengelola negara ya harus menang di pilpres. Untuk menang di pilpres ya harus punya tiket.


Di KPP, Demokrat mendesak Nasdem menyetujui Anies-AHY. Nasdem menolak. Kalau dipaksakan, ya gak dapat tiket juga untuk maju. Kalau gak maju, ya gak akan menang. Kalau gak menang, ya gak bisa melakukan perubahan. Syarat untuk melakukan perubahan itu punya tiket untuk ikut pilpres dan menang.


Menyalahkan dan menyerang Nasdem bukan solusi. Jadi solusi kalau Demokrat cari partai lain pengganti Nasdem di KPP. Itu juga Anies tidak mungkin setuju meninggalkan Nasdem. Karena Nasdem adalah partai yang telah begitu banyak berkorban untuk Anies. Di sisi lain juga sulit bagi Demokrat menghadirkan partai lain jika Nasdem keluar dari KPP.


Dalam kebuntuan ini, Nasdem bertemu PKB. Lamar Cak Imin sebagai cawapres Anies. Jadilah ini barang. Itulah Dinamika politik. Dalam politik, kebuntuan itu hal biasa. Dan setiap kebuntuan pada akhirnya menciptakan peta baru dalam politik. Gak usah kaget. Gak usah kecewa. Gak usah marah-marah. Apalagi kemarahan yang didramatisir. Sudah bukan waktunya lagi menggunakan strategi "playing the victim". Gak efektif lagi.


Move On dan kembali ke KPP itu jauh lebih menguntungkan secara politik, dari pada sibuk memproduksi kegaduhan. AHY tidak cocok dibranding dengan strategi kegaduhan. 


(Penulis adalah Pengamat Politik dab Pemerhati Bangsa)

Halaman:

Komentar