Jika Loloskan Gibran Nyapres, MK Ibarat Main Api Neraka!

- Kamis, 12 Oktober 2023 | 18:01 WIB
Jika Loloskan Gibran Nyapres, MK Ibarat Main Api Neraka!

“Karena yang paling siap itu hanya Walikota Solo Gibran, anak Presiden Widodo yang memang belakangan digadang-gadang disusupkan menjadi bakal cawapres, kalau tidak dipasangkan dengan Ganjar Pranowo ya dengan Prabowo yang koalisi partainya sudah siap,” kata Adhie.

 

Neraka Politik Pemilu

 

Tokoh KAMI yang gencar mengkampanyekan anti-korupsi dan pemilu bersih ini khawatir jika MK mengabaikan etika hukum dan politik dalam memutus perkara pasal umur capres/cawapres dan mendorong anak Jokowi masuk bursa Pilpres 2024, maka suasana politik sepanjang pemilu akan menjadi panas bak neraka bagi demokrasi.

 

“Saya jengkel lihat sikap para petinggi parpol yang sangat pragmatis dan permisif dalam menyikapi perkara ini. Mereka tidak paham jika skenario nyelundupkan ‘anak di bawah umur’ ke bursa pilpres ini bakal jadi bara dalam sekam politik nasional,” tegasnya.

 

Adhie lalu ungkapkan kalkulasi politiknya. Begini.

 

Aparatur negara (pemerintah) yang masih dibelenggu mental “paternalistik feodalistis” akan nganggap anak presiden itu anak majikan. Anak bapak. Maka secara naluriah merasa wajib “mengamankan” jalan anak majikan. Segala cara pasti akan dilakukan.

 

Dengan suasana kebatinan aparatur negara yang demikian, maka jadi sangat mustahil pemilu berjalan jurdil, jujur dan adil. Prinsip fair play niscaya akan terbengkalai.

 

Ini belum selesai. Setelah pasangan yang ada anak presidennya dinyatakan menang, kira-kira siapa paling dominan jadi formatur kabinet? Bukan mustahil yang dominan dalam menyusun kabinet itu presiden eksisting, yang anaknya jadi wakil presiden terpilih.

Secara “etika keluarga” sah saja jadi “wali” karena anaknya masih di bawah umur.

 

“Menurut pengalaman saya, wakil presiden yang merasa punya kekuatan politik signifikan, apalagi jika lebih besar dari presidennya, akan terus digoda perasaan bahwa dirinya lebih pantas jadi presiden," jelasnya.

 

Jika situasinya demikian, maka wakil presiden tinggal menunggu waktu untuk bertransformasi menjadi presiden. Adhie Massardi lantas mencontohkan saat Megawati Soekarnoputri hanya butuh waktu dua tahun untuk mengubah posisi dari wapres ke presiden, setelah secara politik menggusur Gus Dur.

 

“Satu hal yang banyak dilupakan orang, dan sialnya juga dilupakan para petinggi parpol, persyaratan untuk jadi wapres itu 100% sama dengan persyaratan untuk jadi presiden," lanjut Adhie mengingatkan.

 

Sebab meskipun nasib wapres bisa lebih buruk dari “ban serep”, tapi wapres menurut konstitusi diproyeksikan harus bisa gantikan posisi presiden setiap waktu.


"Maklum, presiden kan bisa sewaktu-waktu berhalangan tetap. Atau dibikin tetap berhalangan, seperti pernah terjadi beberapa kali di negeri ini," tutup Adhie Massardi. 


Sumber: RMOL

Halaman:

Komentar