“Temuan Litbang Kompas itu tak jauh beda dengan hasil survei sebelumnya. Hanya sedikit responden yang memilih Capres yang diendorse Jokowi,” kata Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, dalam keterangannya, Kamis (24/8).
Jamiluddin juga menambahkan, ketika ada bakal Capres membangga-banggakan diendorse Jokowi, justru menunjukkan kualitas kepemimpinannya yang cenderung mengekor.
“Kalau terus berharap diendorse Jokowi, maka Ganjar dan Prabowo akan dinilai sebagai calon pemimpin pengekor. Pemimpin seperti itu tak layak memimpin Indonesia ke depan,” tuturnya.
Dalam situasi nasional dan global yang terus dalam ketidakpastian, kata dia, tentu berbahaya bila Indonesia dipimpin sosok pengekor.
Indonesia butuh pemimpin mandiri dan kreatif, sehingga lebih adaptif dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara.
“Jadi, partai pengusung lebih baik memperlihatkan kapasitas dan kemandirian Capresnya, daripada seolah mengemis mendapat endorse Jokowi. Ciptakan kesan bahwa Capresnya bukan kaleng-kaleng dan sosok yang handal, kapasitasnya jauh melampaui Jokowi,” tandasnya.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Halim Kalla Ditahan? Kronologi Terbaru Kasus Korupsi PLTU Kalbar & Kerugian Negara
RTM Salah Sebut Prabowo sebagai Jokowi di KTT ASEAN, Disebut Ceroboh
Roy Suryo Kritik Gibran: Acara Mancing di Hari Sumpah Pemuda Dinilai Tak Pantas
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Dituding Cari Muka ke Prabowo