Mencurigakan, Sosok Ini Sebut Polisi Gelagapan saat Ditanya Hal Ini di Balik Kematian Arya Daru

- Kamis, 31 Juli 2025 | 00:50 WIB
Mencurigakan, Sosok Ini Sebut Polisi Gelagapan saat Ditanya Hal Ini di Balik Kematian Arya Daru


GELORA.ME - 
Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya akhirnya mengumumkan penyebab kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (ADP). 

Namun, ada satu pertanyaan dari awak media yang bikin polisi untuk menjawabnya, simak di bawah ini.

Bukan dibunuh seperti kabar simpang siur yang beredar, polisi menyebut kematian Arya Daru karena diduga mengalami depresi.

Ketua Apsifor, Nathanael EJ Sumampouw dalam konferensi pers yang digelar Selasa (29/7/2025) menjelaskan alasan Arya Daru melakukan tindakan menghabisi nyawa sendiri. 

Dari keterangan yang diberikan oleh keluarga dan rekan kerjanya, Arya Daru dikenal sebagai sosok pribadi yang sangat positif, bertanggung jawab juga suportif, dan pekerja keras serta peduli terhadap lingkungan. 

Menurutnya hal itulah yang akhirnya membuat Arya Daru kesulitan untuk mengekspresikan emosi negatif.

“Sebagai sosok yang sangat positif di lingkungan, almarhum sangat sulit ekspresikan emosi negatif yang kuat terutama dalam situasi tekanan yang tinggi,” ungkapnya. 

Bukti lain yang semakin memperkuat adalah ditemukannya data Arya Daru yang menghimpun mengakses layanan kesehatan mental dari tahun 2013 kemudian berlanjut di tahun 2021.  

Pekerjaan Arya Daru juga disinyalir menjadi tekanan baginya dan menimbulkan depresi. Apalagi ia harus melihat peristiwa-peristiwa memilukan yang dialami Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri hingga melibatkan emosional kejiwaannya sendiri.  

“Peran tersebut menuntut empati yang tinggi dan sensitivitas sosial sehingga menimbulkan burnout, kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar pengalaman penderitaan, dinamika psikologis itulah yang kami temukan di akhir kehidupannya,” jelasnya. 

Kepolisian Polda Metro Jaya menyatakan bahwa tidak ditemukan unsur pidana atau keterlibatan pihak lain dalam kematian Arya Daru.

Sosok Ini Curigai ada yang Memandu Arya Daru dari Rooftop Kemlu hingga Kosan


Mustofa Nahrawardaya, koordinator Indonesia Crime Analyst Forum memiliki pandangan yang berbeda terkait rilis yang disampaikan oleh polisi.

Analis kriminal awalnya mengatakan bahwa cara mengungkapkan motif kasus ini adalah dengan menemukan handphone utama milik Arya Daru, yang dipakai sehari-hari.

"Selama handphone utama itu belum ditemukan, belum disentuh tangan kotor, belum direkayasa apapun, itu akan ditemukan dari motif kematian," tuturnya.

Kemudian, handphone yang ditemukan dan disampaikan dalam rilis, terakhir kali digunakan pada tahun 2022.

"Terlalu jadul, jadi satu-satunya cara menemukan handphone utama, kemungkinan bisa saja ke lantai 12 kembali ke kosan," ujarnya.

"Ini dugaan saya nih, bukan keinginan sendiri, tapi ada yang memandu, mohon dipelajari. Ada pihak lain yang belum ketemu," pungkasnya.

Lebih lanjut, Mustofa Nahrawardaya juga menyoroti salah satu pertanyaan dari awak media saat konferensi pers yang bikin polisi gelagapan untuk menjawabnya.

"Waktu jumpa pers selesai, ada sesi tanya jawab sama wartawan, satu pertanyaan yang polisi itu gelagapan menjawab dan tidak siap. Farah itu hubungannya apa dengan korban?" ungkap analis kriminal itu menyoal kasus kematian Arya Daru.

"Oh privat, enggak boleh kami sampaikan," papar Mustofa menirukan jawaban dari polisi.

Menurut pandangan Mustofa, jawaban dari polisi itu membuat dirinya dan kalangan awak media yang berada di ruangan tersebut menjadi curiga.

"Lho, bagaimana kita mau mengungkap sesuatu kalau privat? nah wartawan curiga kemarin," katanya.

"Mohon maaf, tidak mengurangi rasa hormat kami dengan keluarga, tapi ini menganalis, beredar isu yang berkembang dari kalangan wartawan, saya juga saya salah satu di dalamnya, bahwa ini terkait dengan asmara," pungkas Mustofa.

Mustofa kemudian mempertanyakan mengenai intensitas komunikasi antara Arya Daru dengan istrinya di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Tidak mengurangi rasa hormat kami, berempati dengan keluarga, tapi ini menganalisa, apakah sehari sebelumnya, dua hari sebelumnya, tiga hari sebelumnya dan seterusnya selama ngekost di situ apa sebegitu intens istrinya menelpon suaminya?" ucap Mustofa.

"Kalau dikatakan tidak ada pihak luar yang terlibat, ini terlalu dini, itu hanya berdasarkan uji forensik yang ada di laptop, handphone, dan yang ada di saksi-saksi," tuturnya.

"Tapi saya agak penasaran intensitas, kok sampai dia mengejar penjaga kos untuk terus mengawasi, melihat ke kamar, memutar CCTV segala, itu berarti intensitas istrinya untuk berkomunikasi melalui handphone itu enggak biasa pada hari itu," tuturnya.

Analis kriminal itu menyampaikan dugaannya bahwa istri dan keluarga Arya sudah tahu ada masalah.

"Pada hari itu kemungkinan dugaan saya adalah istrinya sudah tahu atau keluarganya sudah tahu ada masalah," jelasnya.

"Artinya istrinya mengecek dari detik per detik, menit ke menit kepada penjaga kos untuk mengecek suaminya, ini penting untuk dihubungkan kembali," pungkasnya.

Sumber: tvone

Komentar