“Saya melakukan pekerjaan mulia ini ketika pulang sekolah dengan tujuan untuk membantu orang tua membiayai sekolah saya. Saya jadi sopir angkot sampai kuliah,” tutur Ramsal. Menariknya, ia tak hanya piawai menunggangi mobil pete-pete, dan Panther, yang selama ini ia pakai mengambil penumpang, tetapi ia juga cakap membawa kendaraan jenis otobus (bus).
Meski sibuk mencari biaya hidup, ia tak meninggalkan masa depannya dengan tetap berkuliah di Makassar. Saat libur kuliah, ia menyempatkan pulang kampung, dan kembali menarik penumpang dengan rute Masamba – Palopo. Aktivitas sebagai sopir angkot ini terus dilakukannya sampai ia berhasil menuntaskan pendidikannya sebagai sarjana teknologi pertanian.
Nah, bermodal ijazah S1 tersebut, ia mengikuti tes program Menteri Pertanian, Satu Desa Satu Penyuluh, namun gagal. Ia pun memegang prinsip “kegagalan adalah sukses yang tertunda”. Ia kembali mendaftar tes penerimaan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) Kementerian Pertanian pada 2008. Kali ini, keberuntugan berpihak padanya.
Ramsal dinyatakan lulus sebagai THL-TBPP Kabupaten Luwu Utara dan ditempatkan di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan (BKP3), dengan wilayah binaan Kecamatan Malangke. Selama menjalani aktivitas sebagai THL-TBPP Kementerian Pertanian, ia meninggalkan profesinya sebagai sopir angkot, karena dirinya ingin fokus mendampingi petani.
“Pada 2007 ada program pemerintah melalui Menteri Pertanian, yaitu satu desa satu penyuluh. Saya mendaftar program itu. Saya siapkan berkas yang dibutuhkan dan ikut test, tetapi belum berhasil. Nanti pada 2008, saya ikut tes THL-TBPP. Alhamdulillah, saya lulus dan ditempatkan di Kecamatan Malangke, Luwu Utara,” ungkap Ramsal, dalam sebuah kesempatan.
Anak petani yang sukses lulus jadi THL-TBPP. Mimpi yang ia rancang dengan tidak mudah ini telah ia dapatkan. Namun, perjuangannya menjadi PNS tak padam. Menjadi PNS adalah mimpi Ramsal berikutnya. Pada 2014, Ramsal mewujudkan mimpinya menjadi PNS melalui jalur THL-TBPP. Di mana THL-TBPP menjadi prioritas untuk ditingkatkan statusnya menjadi PNS.
“Mimpi ini telah saya dapatkan meski harus merangkak dari bawah. Saya berharap kepada kita semua untuk senantiasa bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas, sembari bermunajat kepada Allah Swt, sehingga apa yang kita impikan, insya Allah akan dikabulkan,” terang Ramsal sembari mengingatkan bahwa tanpa doa dan ikhtiar, mimpi tak bisa diwujudkan.
Pria kelahiran Salutubu, 17 Maret 1975 ini kini tengah menikmati hari-harinya sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dengan wilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) di Desa Lampuawa Kecamatan Sukamaju. Kini, Ramsal dikaruniai dua anak dari hasil pernikahannya dengan seorang guru ASN PPPK asal kecamatan Sukamaju bernama Rahmayani. (LHr)
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: klikanggaran.com
Artikel Terkait
Kronologi Lengkap Pembunuhan Sadis di Siak: Motif Gara-Gara Hotspot Dimatikan Mengejutkan
Siswi SMA Pesisir Selatan Melahirkan di Kelas, Terungkap Dihamili Paman Sendiri
Wakil Bupati Pidie Jaya Minta Maaf, Pukul Kepala Dapur SPPG hingga Dilaporkan BGN
Kasus Kekerasan Seksual Siswi SMK di Bone: Guru & Siswa Jadi Pelaku, Modus Silat