Kisah Anak Papua Lulus S1 Kedokteran UGM, Ingin Mengabdi di Kampung Halaman

- Kamis, 07 Desember 2023 | 14:01 WIB
Kisah Anak Papua Lulus S1 Kedokteran UGM, Ingin Mengabdi di Kampung Halaman

”Saya ditentang untuk pilih seni, orang tua mendorong untuk kedokteran. Saya tes dan saat pengumuman ternyata saya lulus pada pilihan pertama. Saya pun kuliah di Program Studi Kedokteran sampai sekarang, dan kini saya menjalani koas,” tuturnya.


Bukan saat kuliah di FKKMK UGM saja Rivaldy mendapatkan beasiswa afirmasi, ketika duduk di SMA ia juga mendapatkan beasiswa jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem). Setelah lulus SMA, ia pun mendapatkan kesempatan yang sama mengikuti tes dari program Adik (beasiswa afirmasi pendidikan tinggi) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.


Rivaldy mengaku tidak mudah bisa lolos seleksi beasiswa jalur afirmasi karena harus bersaing dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia. Peminat beasiswa inipun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.


”Menyicil nilai rata-rata yang baik sejak semester satu duduk di bangku SMA adalah jalan ninjanya agar bisa lolos beasiswa Adik. Termasuk  tekun dengan mengikuti kursus pada mata pelajaran yang kurang dikuasainya. Berlatih menjawab soal untuk menambah variasi penyelesaian masalah dan juga belajar mandiri mencari referensi belajar penyelesaian soal dari kanal Youtube,” imbuhnya.


Ingin kembali ke kampung halaman


Kini Rivaldy menjalani pendidikan co-asst sebelum menyandang profesi dokter. Ia berencana kembali ke Nabire setelah lulus menjadi dokter. Ia berangan-angan bisa mendalami Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan bercita-cita menjadi dokter spesialis bedah dan kandungan.


”Di luar kegiatan co-asst ingin sih menambah pengetahuan dengan mengambil studi magister dalam bidang bisnis dan manajemen,” papar wisudawan dengan indeks prestasi 3,3 ini.


Meskipun nantinya menekuni profesi dokter di Nabire, Rivaldy masih menyimpan keinginan lama yaitu membuka bisnis di bidang fashion. Bukan tanpa sebab, karena di daerah asalnya Nabire banyak ditemui pengrajin seperti pembuat tas noken (tas tradisional Papua), hiasan, kalung dan lain sebagainya.


Tidak hanya itu, ia nantinya ingin membantu mengembangkan pendidikan jenjang SD, SMP dan SMA di Papua Tengah. Ia berharap agar anak-anak di Papua Tengah memiliki kesempatan yang sama dalam belajar.


”Saya ingin membuka usaha itu sekaligus memfasilitasi para pengrajin yang mayoritas ibu- ibu dan anak muda untuk mengembangkan keahlian dan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka,” tutur Rivaldy, wisudawan kelahiran tahun 2000 ini.


Sumber: tempo

BACA JUGA:

Halaman:

Komentar