Jauh sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa pernah
dihadapkan pada budaya kerja yang buruk di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Pada podcast-nya bersama Putri Tanjung, Menkeu Purbaya Yudhii Sadewa ini
membongkar buruknya budaya kerja di LPS ketika dirinya pertama kali memimpin
lembaga tersebut.
Bukan karena beban kerjanya, Purbaya Yudhi mengatakan pekerjanya di LPS
sering kali terlalu bertele-tele dalam memutuskan suatu masalah dan karyawan
tak berani berpendapat.
"Working culture (di LPS) itu kita buat se-balance mungkin. Jadi waktu saya
datang ke sana pertama kali, komplain mereka adalah work life balance kami
jelek," cerita Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa dalam podcast-nya
bersama Putri Tanjung dilansir dari unggahan TikTok @clipperkuu, Minggu 14
September 2025.
Awalnya, Purbaya mengaku bingung dengan keluhan tersebut. Namun setelah
diselidiki, biang keroknya bukanlah volume pekerjaan, melainkan inefisiensi
yang parah.
"Kerja terus katanya, padahal saya bingung kerja aja karena gak krisis kan.
Rupanya mereka rapat bertele-tele, lama banget gak putus-putus," ujar
Purbaya Yudhi Sadewa.
@clipperkuu Cara Mengubah Lingkungan Kerja yang Toxic | #purbayayudhisadewa #menkeupurbayayudhisadewa #Clipperkuu #putritanjung ♬ suara asli - clipperkuu
Karena itu, Purbaya Yudhi yang sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Komisaris
di LPS berusaha memangkas durasi rapat dan percepat pengambilan keputusan.
"Lalu, saya ubah sehingga mereka rapatnya lebih pendek. Dalam artian gini,
kalau udah bisa diputusin ya putus aja langsung gak usah lama-lama,"
ujarnya.
Masalah kedua yang ditemukan ternyata lebih parah, yakni adanya budaya
feodal di mana perbedaan pendapat dianggap sebagai pembangkangan yang
berujung sanksi.
"Terus yang kedua anak buah tuh kalau beda pendapat sama atasan bisa
dipindah rupanya. Tadinya saya gak tahu kenapa dipindah ternyata karena
perbedaan pendapat," lanjut Menkeu Purbaya Yudhi.
Karena itu, Purbaya Yudhi berusaha mengubah aturan tersebut dan mulai
membebaskan anak buahnya untuk berpendapat apapun dalam rapat tanpa hukuman.
"Lho kok begitu? akhirnya saya ubah kalau rapat saya persilahkan ngomong apa
aja, gak akan dihukum," katanya.
Putri Tanjung yang mendengar cerita itu langsung menyimpulkan adanya kultur
"yes-man" yang mengakar kuat di lembaga tersebut.
"Berarti dulunya kebiasaan ini yesman semua ya pak. Jadi, atasannya ngomong
apa harus yesman," timpal Putri Tanjung.
Purbaya dengan tegas menyatakan anti terhadap budaya ABS (Asal Bapak Senang)
tersebut.
Baginya, kultur "yes-man" hanya akan melahirkan orang-orang bodoh yang tidak
bisa diajak bekerja.
"Yesman itu jeleknya gini, kalau Anda 20 tahun jadi yesman. 20 tahun lagi
Anda jadi bodoh. Saya gak mau kerja sama orang bodoh, capek lah saya," ujar
Purbaya.
Ia pun menerapkan aturan baru, yakni karyawan bebas mengemukakan pendapat
sekritis apapun tanpa takut dihukum, selama tidak korupsi. Namun, sekali
keputusan diambil, semua wajib patuh.
"Lu ngomong aja apa adanya, gak akan dihukum. Kecuali lu korupsi ya kita
sikat. Tapi setelah diputuskan ya ikut dengan putusannya," katanya.
Padahal sebelumnya, Menkeu Purbaya Yudhi ini sempat dicurigai warganet
sebagai sosok yang "Yesman" ketika dilantik sebagai pengganti Sri Mulyani.
"Berdasarkan reaksi para ekonom di timeline, kayaknya Menteri Keuangan
pengganti nggak bakal lebih baik ya, lebih yesman malahan," kata akun X
@nabiylarisfa yang membuat cuitan tersebut ketika Purbaya Yudhi dilantik
sebagai Menkeu.
Sumber:
suara
Foto: Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. [Suara.com/Novian]
Artikel Terkait
Eka Gumilar Dukung Komjen Syahardiantono Jadi Kapolri Gantikan Listyo Sigit Prabowo
Prabowo Perlu Petakan Kawan dan Lawan Hadapi Ancaman Black Swan
Pemindahan Dana SAL Diprediksi Tidak Mampu Genjot Ekonomi
Wisatawan Tewas Saat Selamatkan Remaja di Situ Salawe Garut