Jangan Percaya IMF! Ucapan Lama Menkeu Purbaya Kini Jadi Bumerang?

- Kamis, 11 September 2025 | 21:00 WIB
Jangan Percaya IMF! Ucapan Lama Menkeu Purbaya Kini Jadi Bumerang?


GELORA.ME -
  Di tengah sorotan publik terhadap sepak terjangnya, Menteri Keuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa kini juga "dihantui" oleh jejak digitalnya yang dibuatnya .

Sebuah potongan video lama yang menampilkan dirinya menghujat habis-habisan lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) kini kembali viral, memicu perdebatan sengit tentang gaya dan pandangannya yang sangat blak-blakan.

Pernyataannya yang sangat pedas yakni dengan menyebut IMF sebagai "bodoh" sekaligus merasa "lebih pintar" dari lembaga keuangan global tersebut, kini menjadi sorotan publik. Apakah keberanian ini akan menjadi aset, atau justru menjadi bumerang diplomatik bagi bendahara negara yang baru Indonesia ini?

1. Momen "Penghinaan": Saat Purbaya Sebut IMF Bodoh


Jejak digital ini berasal dari acara CNBC Investment Forum 2025 pada Jumat (16/5/2025). Saat itu, Purbaya yang masih menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner LPS, dengan sangat percaya diri meremehkan kredibilitas IMF.

"Kalau saya gak percaya IMF. Menurut saya IMF bodoh, kalau enggak percaya kita lihat track recordnya," kata Purbaya dalam video yang kini viral tersebut.

Ia tak berhenti di situ. Ia menutup argumennya dengan sebuah kesimpulan yang sangat menohok dan personal.

"Nanti anda bilang si Purbaya ini wah sentimen sama global, multilateral organization... Yang pertama memang gak percaya mereka karena kayaknya mereka lebih bodoh dari saya," tegasnya.

2. "Don't Believe the IMF... Ask Me. I Know Better"


Ternyata, ini bukan satu-satunya momen Purbaya juga pernah benar-benar menyebut IMF seperti halnya dikutip dari kantor berita internasional Reuters pada 10 September 2025.

“Don’t believe the IMF. If you want economic prediction, ask me. I know better” (Jangan percaya IMF. Jika Anda ingin prediksi ekonomi, tanya saya. Saya lebih tahu), tegasnya saat itu.

3. Apa Dasar Argumennya? Proyeksi yang Selalu Keliru


Hujatan Purbaya bukanlah tanpa dasar. Ia menggunakan data historis untuk mendukung argumennya. Ia mencontohkan pada tahun 2009, saat dunia dilanda krisis keuangan global, IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 2,5%.

Namun, faktanya, Indonesia berhasil tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu 4,6%.

Baginya, ini adalah bukti bahwa IMF seringkali gagal memahami fundamental ekonomi Indonesia yang lebih tangguh.

"Kalau kita berdiri di atas kaki kita sendiri harusnya lebih bagus. Dan kita sudah punya pengalaman menghadapi krisis 97, 2001, 2002, 2008, kita bisa tumbuh dengan bagus," katanya.

Kini, setelah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Purbaya berada dalam posisi yang sangat berbeda.

Sebagai Menkeu dari negara anggota G20, ia mau tidak mau harus berinteraksi dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga multilateral seperti IMF dan Bank Dunia.

Jejak digitalnya yang sangat kritis ini kini menjadi sebuah dilema. Di satu sisi, jejak digital Ini menunjukkan citra seorang pemimpin yang nasionalis, percaya diri, dan tidak mudah didikte oleh asing.

Sementara di sisi lain, pernyataan ini bisa menyulitkan hubungan diplomatik ekonominya di masa depan.

Bagaimana ia akan duduk satu meja dengan para petinggi IMF yang pernah ia sebut "lebih bodoh" darinya?

Publik kini menanti, apakah Purbaya akan mempertahankan sikap "koboy"-nya terhadap IMF, atau ia akan melunakkan nadanya setelah resmi menjadi salah satu bendahara negara paling berpengaruh di dunia.

Bagaimana menurut Anda?

Apakah sikap kritis Purbaya terhadap IMF ini adalah sebuah keberanian yang dibutuhkan, atau justru sebuah arogansi yang bisa merugikan Indonesia?

Diskusikan di kolom komentar!

Sumber: suara

Komentar