Luhut dan Jokowi Berkontribusi Menghancurkan Negara Sehancur-Hancurnya

- Minggu, 03 Agustus 2025 | 14:05 WIB
Luhut dan Jokowi Berkontribusi Menghancurkan Negara Sehancur-Hancurnya


'Luhut dan Jokowi Berkontribusi Menghancurkan Negara Sehancur-Hancurnya'


Oleh: Sholihin MS

Pemerhati Social dan Politik


Pembelaan LBP terhadap ijazah palsu Jokowi dan mengkritik para penghujat kejahatan Jokowi, dan mempertanyakan kontribusi mereka terhadap negara, menunjukkan kalau LBP adalah satu genk dengan Jokowi. 


Sehingga sejahat apa pun Jokowi terhadap negara, akan dianggap sebagai pahlawan. 


Padahal, di tangan Jokowi, Indonesia telah hancur lebur hanya dalam kurun waktu 10 tahun. 


Bisa jadi, untuk recovery Indonesia memerlukan waktu puluhan tahun bahkan ada yang menyebut perlu waktu sampai 200 tahun.


Sesama bajingan memang akan saling bela membela, ba’dhuhum yasyuddu ba’dhin atau ba’dhuhum auliyaa-u ba’dhin. 


Sesama munafik akan saling bela membela, sesama pelacur akan saling bela membela, sasama PKI akan saling bela membela, dan sesama pengkhianat akan saling bela membela.


Bagi orang beriman, pembelaan hanya kepada kebenaran, kejujuran, dan keadilan, tak peduli seluruh rakyat akan menentangnya.


Bagi orang yang waras otaknya, sudah jelas-jelas Jokowi telah menghancurkan seluruh tatanan bernegara, telah menghancurkan moral dan etika bangsa, telah menghancuran sendi-sendi keadilan dan kemanusiaan, telah menghancurkan semua lembaga hukum, telah menghancurkan lembaga legislatif (DPR/MPR), telah menjadikan korupsi jadi karakter bangsa, telah melakukan perpecahan bangsa sedalam-dalamnya, dan dengan paham islamopobianya telah melecehkan Islam, para ulama garis lurus, dan mengkebiri pendidikan Islam di sekolah-sekah dengan program moderasi beragama dan hilang materi sejarah perjuangan Islam dan para pahlawan bangsa.


Jokowi bukan sekedar manusia dengan latar belakang pendidikan dan keluarga yang tidak jelas, tetapi dia adalah seorang monster penghancur negara yang kekuatan day hancurnya lebih hebat dari bom atom di Hiroshima.


Membela Jokowi artinya berkompromi dengn kejahatan, kecurangan, kedustaan, penipuan, kedzaliman dan pengkhianatan. 


Di mata Agama, Jokowi adalah bukan saja seorang penjahat, tapi juga seorang pembawa kejahatan.


Daya sihir Jokowi terhadap lawan sangat hebat, siapa pun dia, sehebat apa pun dia, sebaik apa pun dia jika sudah mendekat Jokowi dan apalagi sudah mengaguminya, akan berubah 180°. 


Sehebat apa pun seorang jenderal, jika sudah bergaul dengan Jokowi akan langsung jadi jenderal hitam. 


Tokoh-tokoh Nasional yang dulu pengkritik Jokowi, setelah mendekati Jokowi langsung jadi pembela buta terhadap Jokowi. Sebut saja ANG, YIM, FH, YM, dll. 


Bahkan Prabowo sendiri yang dulu garang bagai macan, sekarang jadi Jenderal letoy bagaikan kucing yang sakit.


Jika hukum di Indonesia tidak mampu menjerat Jokowi secara adil, Indonesia akan tetap kelam dan terpuruk. 


Jokowi bukan Tuhan, bukan dewa, bukan pula Raja, tapi warga biasa yang tidak kebal hukum.


Hendaknya setiap pejabat negara yang telah disumpah untuk mengabdi kepada bangsa dan negara harus mengutamakan kepentingan bangsa dan dan negara daripada hanya untuk membela sang durjana yang berniat menghancurkan negara. ***


Superior! 'Dinasti Luhut' Mengakar di Pemerintahan, Dari KSAD Hingga Danantara




GELORA.ME - Pengaruh Luhut Binsar Pandjaitan di pemerintahan tak berhenti pada sosoknya sendiri.


Selain kini menjabat sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional di era Presiden Prabowo Subianto sejak Oktober 2024, sejumlah anggota keluarganya juga menduduki posisi strategis di lingkar kekuasaan nasional.


Pensiunan jenderal bintang empat ini memang bukan wajah baru di pemerintahan.


Selama dua periode Presiden Joko Widodo, Luhut mengisi berbagai posisi kunci, mulai dari Kepala Staf Kepresidenan hingga Menko Kemaritiman dan Investasi, serta memimpin berbagai komite strategis nasional.


Namun kini, sorotan publik juga tertuju pada jejaring keluarga Luhut yang merentang dari militer, diplomasi, hingga dunia investasi negara.


1. Menantu Jadi KSAD


Salah satu tokoh kunci dalam lingkaran ini adalah Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, menantu Luhut yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). 


Maruli adalah suami dari putri Luhut, Paulina Pandjaitan.


Dilantik sebagai KSAD oleh Presiden Jokowi pada 29 November 2023, Maruli sebelumnya dikenal luas sebagai perwira elite yang meniti karier di satuan tempur Kopassus dan Detasemen Tempur Cakra.


Ia pernah menjabat sebagai DanpaspampresPangdam Udayana, dan Pangkostrad sebelum akhirnya dipercaya memimpin TNI AD.


2. Adik Calon Dubes Jepang


Tak hanya menantu, adik kandung Luhut, Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir, juga masuk dalam radar kekuasaan. 


Ia kini menjalani uji kelayakan sebagai calon Duta Besar RI untuk Jepang, yang digelar Komisi I DPR pada 5 Juli 2025.


Nurmala dikenal sebagai sosok dengan latar belakang sosial-politik yang kuat. 


Ia pernah menjabat sebagai Dubes RI untuk Argentina di era Presiden SBY, serta Ketua Umum Partai Perjuangan Indonesia Baru (2007–2011).


Di luar politik, ia juga aktif di berbagai organisasi sosial seperti Yayasan Lingkungan Sejahtera (Yasalira) dan Yayasan Kebun Binatang Ragunan, serta kini menjabat Komisaris Independen Siloam Hospitals.


3. Keponakan CIO Danantara


Pengaruh keluarga Luhut juga terasa dalam ranah ekonomi dan bisnis negara. 


Pandu Patria Sjahrir, keponakan Luhut sekaligus putra Nurmala, kini menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO) di Danantara, holding investasi negara yang berperan penting dalam pengelolaan aset strategis.


Pandu merupakan sosok yang dikenal luas di sektor energi dan pertambangan. 


Ia juga menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Toba Bara Sejahtera (TBS), perusahaan yang kerap dikaitkan dengan Luhut.


Dengan latar belakang pendidikan dari University of ChicagoStanford, hingga Tsinghua University, Pandu juga pernah bekerja sebagai analis di Lehman Brothers dan Matlin & Patterson.


Jaringan kekuasaan keluarga Luhut menunjukkan bahwa pengaruh sang jenderal senior meluas bukan hanya secara individual, tetapi juga melalui kerabat dekat yang kini mengisi posisi penting di pemerintahan, diplomasi, dan ekonomi nasional.


Hal ini memunculkan diskursus publik mengenai konsolidasi kekuasaan dan etika nepotisme dalam pengelolaan negara.


Jika pola ini terus berlangsung, maka nama Luhut Binsar Pandjaitan bukan hanya akan dikenang sebagai tokoh penting di era Jokowi dan Prabowo, tetapi juga sebagai poros kekuatan keluarga yang mengakar dalam lanskap politik Indonesia.


SumberSawitku

Komentar