Bunuh Diri Pakai Lakban? Penjelasan Kriminolog soal Kematian Arya Daru Bikin Merinding

- Kamis, 31 Juli 2025 | 07:15 WIB
Bunuh Diri Pakai Lakban? Penjelasan Kriminolog soal Kematian Arya Daru Bikin Merinding


Kriminolog M Ridha Intifadha memberikan penjelasan rinci mengenai metode bunuh diri yang diduga digunakan oleh diplomat Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan.

Kembali pada 8 Juli 2025, publik digegerkan oleh Arya yang ditemukan meninggal dunia dengan kondisi wajah terbalut lakban.

Penjelasan Ridha muncul di tengah keraguan publik terhadap kesimpulan pihak kepolisian yang menyatakan bahwa Arya Daru meninggal karena bunuh diri melalui metode asfiksia atau kekurangan oksigen.

Dalam pernyataannya pada 29 Juli 2025, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, menyebutkan bahwa hasil autopsi menunjukkan penyebab kematian adalah gangguan pernapasan akibat tertutupnya saluran napas bagian atas.
Sidik jari pada lakban yang membalut wajah korban hanya mengandung jejak milik Arya Daru, tanpa keterlibatan pihak lain. Namun, narasi ini tetap memunculkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Ridha menjelaskan bahwa metode yang digunakan Arya tergolong sebagai plastic bag asphyxia.

Dalam metode ini, kepala korban dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kemudian diikat di leher menggunakan alat seperti cable ties atau lakban.

Meskipun terdengar tidak umum, metode ini pernah tercatat dalam berbagai jurnal ilmiah sebagai salah satu cara yang digunakan untuk bunuh diri.

"Metode ini memang jarang, tapi bukan berarti mustahil. Banyak kasus bunuh diri yang menggunakan kantong plastik dan alat pengikat sederhana karena dianggap murah, mudah, dan tidak menimbulkan luka terbuka yang mencolok," kata Ridha dalam utas X miliknya.

Dia juga menambahkan bahwa dalam banyak kasus bunuh diri, korban sering kali menggabungkan metode mekanik dengan penggunaan obat-obatan untuk memastikan kematian yang lebih cepat atau minim rasa sakit.

Hal ini juga disebut dalam laporan beberapa media yang mengangkat adanya penggunaan obat penghilang nyeri dan penenang dalam kasus Arya Daru.

Mengacu pada hasil uji histopatologi yang dilakukan tim dokter RSCM, ditemukan gambaran khas dari kekurangan oksigen akut.

Hasil ini memperkuat dugaan bahwa asfiksia merupakan penyebab kematian utama, sesuai dengan cara kerja metode plastic bag asphyxia yang dijelaskan Ridha.

"Sebanyak seperempat dari korban dalam jurnal yang saya baca melakukan tindakan tambahan, seperti penggunaan obat, untuk memastikan proses kematian berjalan sesuai rencana," imbuhnya.

Obat-obatan tersebut memberikan efek kantuk atau pereda nyeri, yang bisa membuat tubuh korban lebih "tenang" menghadapi proses kekurangan oksigen tanpa melakukan perlawanan refleks berlebihan.

Meskipun demikian, tidak semua warganet bisa menerima penjelasan ini secara utuh.

Beberapa mempertanyakan logika dan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan proses bunuh diri yang terkesan kompleks tersebut.

"Apakah realistis seseorang bisa melilit wajah dengan plastik lalu melakban sendiri begitu rapi hingga kehabisan napas?" tanya seorang pengguna media sosial.

Ridha merespons dengan menyatakan bahwa kompleksitas adalah hal yang relatif.

"Sesuatu yang terlihat rumit bagi sebagian orang, mungkin bisa dilakukan secara sistematis oleh orang lain, terutama jika dorongan bunuh diri sudah terbentuk sejak lama," ujarnya.

Dia juga menegaskan bahwa berdasarkan analisis digital forensik dan psikologi forensik, indikasi keinginan bunuh diri Arya sudah muncul sejak 2013.

Laporan tersebut memberikan gambaran kuat bahwa tindakan tersebut bukan hasil keputusan impulsif atau kejadian mendadak.

"Saya pun awalnya sulit menerima. Tapi setelah membaca laporan-laporan ilmiah dan forensik yang tersedia, saya memahami bahwa ini bukan sekadar opini. Ini hasil dari pendekatan multidisipliner yang ilmiah," ujar Ridha.

Meski penjelasan ini bersifat akademis dan berdasarkan bukti forensik, ruang diskusi tetap terbuka di masyarakat.

Keraguan sebagian pihak terhadap narasi resmi tetap ada, terutama karena metode yang digunakan tergolong tidak umum di Indonesia.

Namun, pendekatan ilmiah seperti yang disampaikan Ridha menjadi upaya penting untuk memberikan perspektif yang lebih dalam terhadap kasus kematian yang memancing banyak opini publik ini.

Sumber; suara
Foto: Penjelasan kriminolog soal kematian Arya Daru Pangayunan yang kemungkinan benar karena bunuh diri, cukup mengejutkan. [Instagram]

Komentar