”Saat itu saya tanpa senjata di tangan dan harus merebut bayonet dari Siauw Ah San. Sedangkan pistol masih terselip di belakang bawah punggung,” ucap Hendro.
Perlahan, Hendropriyono mundur beberapa langkah, lalu melompat tinggi dan menendang dada musuhnya. Meski terjatuh, Siauw Ah San masih sempat menghujamkan bayonet ke paha kirinya.
“Ngilu rasanya baja dingin itu menembus daging dan menusuk tulang paha saya. Daging saya tersembul keluar dan darah mengalir dari paha kiri kaki,” katanya.
Siauw Ah San kemudian berdiri dan mencoba menusuk dada kiri Hendropriyono. Mendapat serangan itu, Hendropriyono langsung melindungi dengan tangan kiri hingga daging lengan kiri dan hasta kirinya sobek.
Darah kembali mengucur. Tangan kanannya dengan sigap membantu merebut bayonet. Akibatnya, kelima jarinya terluka parah. Bahkan, ruas jari kelingking kanan Hendropriyono nyaris putus.
Dengan menahan sakit karena darah yang terus mengucur dan jari yang nyaris putus, Hendropriyono berhasil mencabut pistol dan menembakannya ke tubuh Siauw Ah San.
“Dor, saya tembak Siauw Ah San dengan dua kali tarikan picu tapi hanya satu peluru yang melesat menembus perutnya karena yang satu lagi macet. Siauw Ah San pun terhuyung-huyung,” ucapnya.
Hendropriyono lalu membanting Siauw Ah San hingga terjatuh. Meski terluka cukup parah tetapi nyawa Hendropriyono berhasil diselamatkan.
4. Letjen Sutiyoso
Sebelum menggelar Operasi Seroja berskala besar di Timor Timor (sekarang Timor Leste), TNI terlebih dahulu mengirimkan unit kecil pasukan khusus ke belakang garis musuh. Selain untuk memetakan kekuatan Fretilin, unit kecil ini juga mencari titik aman pendaratan bagi pasukan pendukung. Kapten Inf Sutiyoso merupakan orang pertama yang dikirim Kepala G-1/Intelijen Hankam Mayjen LB Moerdani untuk mengumpulkan informasi.
Dalam Operasi Flamboyan itu, Sutiyoso tidak makan selama lima hari demi menyelamatkan empat anggotanya yang tertembak musuh. Tidak hanya itu, mantan Wadanjen Kopassus ini juga harus menghindar dari kejaran musuh yang terus memburunya. Sambil bertempur, Sutiyoso membopong temannya satu per satu ke tempat yang lebih aman.
Dalam pertempuran, prajurit yang tertembak terkadang ditembak mati supaya tidak menjadi beban. Para senior yang dihubungi Sutiyoso melalui radio telah menyarankan supaya anggota yang terluka ditinggal. Namun, Sutiyoso tidak tega.
Salah satu anggota yang dipapah Sutiyoso bahkan meminta supaya dia ditinggal dan dibekali granat. Apabila sewaktu-waktu tertangkap, mereka akan meledakkan diri dengan granat itu.
“Tidak! Kamu bisa saya selamatkan. Kuatkan saja dirimu!” kata Sutiyoso.
Upaya penyelamatan empat anggotanya yang tertembak akhirnya berhasil. Di bawah desingan peluru Fretilin, Sutiyoso membopong anggotanya yang terluka naik ke helikopter.
Setelah berjuang keras, keempat anggota yang tertembak berhasil dievakuasi menggunakan helikopter.
Sumber: inews
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Habib Jafar Doakan Onadio Leonardo Lepas dari Narkoba: Tak Ada Toleransi untuk Narkoba
Purbaya Tegaskan Kredibilitas Data Kemenkeu dan Minta Pemda Fokus Penyerapan Anggaran
Bupati Pati Gagal Dimakzulkan: DPRD Tolak Usulan dengan 36 Suara, Ini Rekomendasi Selanjutnya
Utang Whoosh Rp116 Triliun vs 12 Juta Penumpang: Ini Kata Luhut