Kominfo Tak Berdaya, Indonesia dalam Bahaya

- Minggu, 30 Juni 2024 | 21:30 WIB
Kominfo Tak Berdaya, Indonesia dalam Bahaya

Jadi sangat wajar kalau kiper yang kebobolan sampai banyak sekali tersebut dikartu merah, kecuali (sekali lagi) dia ada "main" dengan pelatih/ manajer timnya sehingga punya bargain atau saling menyandera.


Hal yg terbaru adalah dipublikasikan oleh nama yang sempat viral di Indonesia karena berhasil meretas data-data MyPertamina, IndiHome, SIM Card dari Database Kominfo, surat-surat ke Presiden, data KPU dan sebagainya, yakni Bjorka.


Kemarin akun X/ Twitter-nya menulis bahwa ada seorang wanita Rusia yg disebut-sebutnya akan membuat heboh di  sini. "Sebentar lagi akan hadir hacker bernama Stevania Mantiri. Dia berasal dari Rusia. Akan kasih kejutan besar!" katanya.


Bahkan dalam video yang diunggahnya, Bjorka juga menyebutkan bahwa ada rahasia yang tidak akan diungkapkan dan meminta Indonesia untuk mengecek sistem sibernya: "Kami adalah anonymous. Kami bisa menjadi siapa saja tanpa kamu ketahui," tulis Bjorka.


Apakah postingan di atas hanya dianggap sebagai "gertak sambal" saja dan kembali diabaikan oleh Kemkominfo? Saya sangat harapkan tidak.


Karena sebagaimana sudah selalu saya katakan dalam berbagai forum dan media, proses enkripsi PDNs-2 di Surabaya kemarin hanyalah sebagai "entry point" dan "test the water" dari puncak gunung es tsunami bencana data yang akan dialami oleh Indonesia.


Tsunami data tersebut bisa dibayangkan bilamana masyarakat repot seperti kasus di imigrasi kemarin. Selain itu mulai kesulitan antre BBM karena data/ barcode tidak bisa diakses untuk subsidi. Juga saat di rumah sakit ternyata Kartu BPJS Kesehatan tidak dikenal lagi.


Kesimpulannya, sudah jelas bahaya mengancam di depan mata. Kalau Presiden Jokowi seolah-olah bisa berpidato bahwa "Data is the New Oil" dan mengerti artinya, tentu dalam pemanggilan Menkominfo bersama BSSN, Menkeu, Menkumham, Menpan, BPKB dan Telkom kemarin juga harus bisa memberi arahan untuk menyelamatkan Indonesia.


Maka kita tunggu saja hari-hari ini akan ada tindakan signifikan tidak dari rezim yang sedang berkuasa saat ini.


Artinya benar-benar masih nasionalis atau justru malah menyerah tunduk semuanya (dijual atau digadaikan) kepada oligarki dan kepentingan asing. Data-data sudah jelas tersebar akibat "kebodohan" sebagaimana disampaikan oleh Komisi I DPR-RI kemarin.


Apakah mau tetap dipertahankan kalau sudah begini?


*Penulis adalah Pemerhati Telematika

BERIKUTNYA

SEBELUMNYA

Halaman:

Komentar