Operasi tersebut menandai dimulainya penembakan Angkatan Bersenjata Ukraina terhadap wilayah berpenduduk di Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
Selain itu, kepala intelijen Ukraina (DIU) Kirylo Budanov juga telah menjadi menjadi buruan Rusia karena dituding menjadi otak sejumlah penyerangan dan sabotase wilayah Rusia.
Zelensky sendiri belum menanggapi dirinya yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Rusia.
Kementerian Luar Negeri Ukraina mengomentari pengumuman Zelensky dalam daftar orang yang dicari Rusia.
Sementara Ukrainska Pravda mengabarkan, dalam postingan di X, Ukraina menulis bahwa tindakan seperti itu adalah “bukti keputusasaan aparatur negara dan propaganda Rusia, yang tidak tahu alasan berita apa lagi yang harus dikemukakan untuk menarik perhatian.”
Kementerian juga mengingatkan bahwa surat perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional telah dikeluarkan terhadap Putin.
Media asal Uraina Strana menafsirkan bahwa langkah Rusia memasukkan Zelensky dalam list buronan karena Rusia sudah tidakingin bernegosiasi dengan Zelensky.
Rusia dituding tidak akan mengakui Zelensky sebagai presiden pada 20 Mei mendatang, karena Ukraina seharusnya telah menggelar pemilu, akan tetapi pemilu ditunda akibat perang.
Informasi beredar bahwa Putin kini tidak ingin menghentikan perang, namun berniat berperang dengan harapan Angkatan Bersenjata Ukraina akan kalah total dan/atau kemenangan Trump dalam pemilu AS.
Pihak berwenang Ukraina, yang beberapa bulan lalu mengatakan bahwa Putin menginginkan negosiasi untuk menghentikan perang di garis depan untuk membekukannya, kini juga semakin mengatakan bahwa Putin tidak memerlukan pembekuan.
Pertama, tidak ada yang menawarkan Putin untuk menghentikan perang di garis depan. Posisi resmi Ukraina, yang didukung oleh negara-negara Barat terkemuka.
Kremlin menolak opsi ini (pada dasarnya menyerah) dan tidak berniat membahasnya. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengatakan secara pasti apa reaksi Putin jika dia tiba-tiba ditawari gencatan senjata tanpa penarikan pasukan Rusia dari wilayah pendudukan Ukraina.
Kedua, media Barat telah berulang kali menulis bahwa ada sinyal yang datang dari Kremlin bahwa Putin siap menghentikan perang di garis depan.
Rusia juga secara terbuka (melalui Menlu Sergey Lavrov) mendukung rencana perdamaian Tiongkok, yang mengatur gencatan senjata tanpa penarikan pasukan Rusia dari Ukraina. Oleh karena itu, Kremlin tidak akan menolak opsi ini jika Kiev dan Barat menyetujuinya.
Ketiga, jika Putin menolak usulan untuk menghentikan perang di garis depan, atau menetapkan kondisi yang jelas-jelas tidak dapat diterima oleh Ukraina, maka membujuknya, pada akhirnya, untuk menerima opsi ini akan jauh lebih mudah daripada memaksanya menarik pasukan sesuai persetujuan pada tahun 1991
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Trump Tetapkan Nigeria Negara Sangat Mengkhawatirkan, Ini Alasannya
Rocky Gerung Kritik Lingkungan Prabowo: Dikelilingi Orang Pragmatis dengan Prinsip Asal Prabowo Senang
Bahaya Pohon Tumbang di Jakarta: Tips & Imbauan Distamhut Saat Hujan
Utang Era Jokowi Tembus Rp 9.138 Triliun, Purbaya Buka Kotak Pandora Ekonomi