Haryanta menjelaskan, ada beberapa faktor yang memengaruhi capaian ekspor Jateng. Di antaranya, pelatihan ekspor (coaching programme), pelatihan prosedur ekspor, pelatihan ekspor lewat daring, hingga pameran di dalam dan luar negeri.
Baca Juga: MIKTA Film Festival 2023, Trinity Traveler Jadi Media Diplomasi Budaya dan Pariwisata Indonesia
Selain itu, ada pula bussiness matching dan one on one meeting.
Dengan berbagai program tersebut, imbuhnya, tercipta lebih banyak pengusaha baru yang merambah pasar luar negeri. Para pengusaha lama, juga mampu ekspansi ke pasar baru.
Haryanta menambahkan, alih-alih hanya mengekspor barang ke Tiongkok, Amerika dan Australia, Jateng pun merambah pasar nontradisional. Seperti Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Amerika Tengah.
Baca Juga: Antisipasi Kemacetan, Polda Jabar Siapkan Kantong Parkir untuk Kawasan Destinasi Wisata
“Pasar baru selalu terbuka. Selain kita pertahankan pasar tradisional, kita juga kembangkan ke pasar baru, semisal ke Afrika, Bangladesh, kemudian ke Meksiko, itu kan pasar potensial,” ujarnya.
Oleh karenanya, kata Haryanta, setiap kali program pelatihan berjalan, juga mendatangkan pelaku atau otoritas ekspor negara tujuan.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: naratimes.com
Artikel Terkait
Anggaran K/L Dikembalikan Rp 4,5 Triliun, Menkeu Purbaya Ungkap Penyebab Penyerapan Lambat
Insiden Penyerangan WNA China ke Anggota TNI di Tambang Emas Ketapang: Kronologi & Fakta Terbaru
Kritik Rencana Sawit Papua Prabowo: Swasembada Energi vs Ancaman Deforestasi
Perampokan Rumah Mewah Cilegon: Kronologi Pembunuhan Anak Politisi Maman Suherman