Dia menyebutkan, pemimpin tak bisa bersikap otoriter atau hingga marah-marah sambi gebrak meja. "Musyawarah, ini cara menyelesaikan kita dengan rembukan bersama.
Nggak bisa dengan otoriter, nggak bisa dengan gebrak-gebrak meja, saudara sekalian menyelesaikan masalah dengan marah-marah melempar handphone, itu tidak menyelesaikan masalah," pungkas Hasto.
Kendati demikian, Hasto tak menyebut siapa yang dimaksud pemimpin yang marah-marah tersebut.
"Siapa tahu siapa yang ada di benak saudara-saudara sekalian?" pungkasnya. Selain itu, dia menuturkan, calon pemimpin harus memiliki nilai memperjuangkan keadilan sosial.
Untuk itu, menurutnya memilih pemimpin itu harus bijak melihat, tak bisa tentukan pilihan hanya karena tekanan. "Door to door untuk melakukan penjelasan.
Mosok kita membeli beras aja kita ngga mau ada kutunya, betul? Kita membeli sampo aja milih-milih. Kalau samponya itu Sunsilk itu rambutnya hitam kilau mengkilau, kalau Clear nggak ada ketombe. Itu kan ada pilihan pilihannya," pungkas Hasto.
"Mosok memilih pemimpin hanya melihat gojekannya di mana, narinya bagaimana, tidak melihat karakternya, tidak melihat memimpinnya, tidak melihat prestasinya, tidak melihat keluarganya. Ini namanya diferensiasi, ini contrasting," sambungnya.
Lebih lanjut, Hasto menegaskan, bahwa pihaknya tidak melakukan black campaign, tapi yang disampaikan adalah fakta
Sumber: tvOne
Artikel Terkait
Ray Rangkuti Kritik Keras Tito Karnavian Soal Bantuan Malaysia: Analisis Lengkap
61 Tentara Israel Bunuh Diri Sejak Perang Gaza, Angka Mencengangkan Terungkap
Mahasiswi UMM Faradila Tewas Dibunuh Oknum Polisi Suaminya: Kronologi & Motif Harta
Kebakaran Maut Terra Drone: Izin Laik Fungsi Era Jokowi-Ahok Dipertanyakan