Selain itu, Starbucks menuntut serikat pekerja mereka, Starbucks Workers United, pada bulan Oktober, setelah keberatan dengan postingan media sosial serikat pekerja itu, yang terlihat jelas mendukung Palestina.
“Workers United memposting pernyataan dengan gambar buldoser yang merobohkan sebagian perbatasan Israel dan Gaza, yang mencerminkan dukungan mereka terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Hamas,” demikian bunyi catatan perusahaan yang diperoleh The Intercept.
“Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan yang dilakukan oleh Hamas, dan kami sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United.”
Dampak aksi boikot di Asia Barat, dimana sentimen pro-Palestina secara historis kuat, membuat banyak merek barat merasakan dampak buruk seperti di negara Maroko, Kuwait, Yordania, dan negara-negara lain.
“Skala agresi terhadap Jalur Gaza belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, reaksinya, baik di dunia Arab atau bahkan secara internasional, belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Anggota gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) di Mesir, Hossam Mahmoud.
Sumber: viva.
Artikel Terkait
GMNI Pecat Resbob: Kronologi Lengkap & Alasan Pemberhentian Anggota Penghina Suku Sunda
Banjir Sumatera 2025: 1.030 Korban Jiwa & Polemik Penolakan Status Bencana Nasional
Presiden Prabowo Ungkap Oknum TNI-Polri Terlibat Penyelundupan Timah Bangka
Kritik Pedas Pernyataan Prabowo Soal Bencana: Nyawa Rakyat Bukan Cuma Statistik