Sosok Muhammad Deif Komandan Hamas yang Pimpin Operasi Badai Al-Aqsa ke Israel

- Rabu, 11 Oktober 2023 | 02:00 WIB
Sosok Muhammad Deif Komandan Hamas yang Pimpin Operasi Badai Al-Aqsa ke Israel

GELORA.ME - SERANGAN kelompok Hamas Palestina ke Israel pada Sabtu, (7/10/2023) memicu eskalasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua belah pihak. Korban jiwa pada Senin, (9/10/2023), dilaporkan telah mencapai lebih dari 1.200 orang dengan ribuan lainnya luka-luka.


Hamas dan kelompok yang lebih kecil bernama Jihad Islam juga telah menahan lebih dari 130 orang dari dalam wilayah Israel dan membawa mereka ke Gaza, untuk menukar mereka dengan pembebasan ribuan warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.


Menurut Associated Press, Mohammed Deif, pemimpin sayap militer Hamas, mengatakan “Operasi Badai Al-Aqsa” adalah respons terhadap “blokade 16 tahun di Gaza, pendudukan Israel dan serangkaian insiden baru-baru ini yang telah membawa dampak buruk bagi Israel.” Ketegangan Israel-Palestina mencapai puncaknya”. Namun, tidak banyak yang diketahui tentang sosok Deif, yang banyak bergerak di balik bayangan dengan nama alias “Sang Tamu”.


Siapa Muhammad Deif?


Dilansir dari Financial Times, Deif dilahirkan di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza pada 1960-an dengan nama Mohammed Diab Ibrahim al-Masri. Dia memegang posisi kepala sayap militer Hamas sejak 2002.


Pada saat itu, Gaza berada di bawah kendali Mesir sebelum kemudian dikuasai Israel antara 1967 hingga 2005. Wilayah itu berada di bawah kendali Otoritas Palestina hingga 2007 saat Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza.


Hamas didirikan pada akhir 1980-an, sesaat setelah dimulainya Intifada Palestina pertama melawan Israel di Tepi Barat dan Gaza. Saat Intifada pertama itu, Deif baru berusia 20-an tahun dan telah ikut dalam upaya perlawanan Palestina.


Deif sempat dipenjarakan oleh Israel, yang menganggapnya bertanggung jawab atas kematian puluhan orang dalam serangan bom bunuh diri, termasuk gelombang pada 1996 yang menewaskan lebih dari 50 warga sipil.


Pengeboman ini merupakan respons terhadap Perjanjian Damai Oslo yang ditandatangani pada awal tahun 1990-an antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), badan yang mewakili sebagian besar warga Palestina. Perjanjian tersebut bertujuan untuk mewujudkan penentuan nasib sendiri bagi Palestina, dalam bentuk negara Palestina berdampingan dengan Israel.

baca juga:


Apakah Hamas Juga Termasuk Tentara Palestina?


Halaman:

Komentar