Kondisi semakin genting, dengan serangan dari kedua belah pihak, dan masyarakat Israel diperintahkan untuk ikut serta dalam mempertahankan negara mereka.
Saraya Al Quds juga ikut serta dalam serangan dari Jalur Gaza ke arah perkampungan di daerah Sedirut di Libanon.
"Serangan Isarel masih melakukan serangan ke wilayah Libanon," kata Anam Nurdin.
Pasukan lain, Saraya Al Quds, juga bertanggung jawab atas serangan roket di perbatasan Libanon, bersama dengan Hizbullah.
Pemerintahan Israel memperingatkan bahwa hari ini merupakan kondisi perang, mengindikasikan bahwa serangan besar dapat terjadi dalam beberapa jam ke depan.
Wartawan Al Jazeera menjelaskan bahwa Hizbullah tampaknya memiliki rencana tersendiri dan koordinasi yang matang dengan faksi-faksi Palestina.
Operasi militer, yang disebut Operasi Badai Al-Aqsa, dilakukan bersamaan oleh Hamas di selatan dan utara Jalur Gaza, menciptakan kekacauan di perbatasan Israel-Palestina.
Pertempuran darat belum dimulai sepenuhnya, namun serangan udara dari Israel ke Jalur Gaza terus berlanjut.
Kondisi di perbatasan utara terlihat kacau, tanpa pertahanan Israel yang signifikan.
Pasukan Hamas dan Hizbullah berhasil mengendalikan wilayah tersebut, menciptakan keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak puluhan tahun yang lalu.
Dalam beberapa jam ke depan, kekhawatiran akan meningkat bahwa peperangan akan semakin memanas.
Pemerintah Israel menyatakan kondisi perang, dan situasi di perbatasan Libanon semakin tegang.
Sumber: suara
Artikel Terkait
Mayor Jenderal Israel Mundur: Kronologi Lengkap Skandal Video Penyiksaan Tahanan Palestina
Anak 8 Tahun Tewas Diserang Kawanan Gajah Liar di Pekanbaru, Ini Penyebabnya
Gempa M 5.1 Guncang Sarmi Papua, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Banjir Jati Padang Jakarta Selatan 2025: Genangan Air Setinggi Lutut Belum Surut