Sebelumnya, Tiko menjelaskan, saat ini Indonesia telah berhasil menegosiasikan besaran bunga pinjaman itu hingga di bawah 4 persen.
“Final term sheet lagi mau kita keluarkan karena tergantung dari penjaminan. Minggu ini harusnya keluar, tetapi bunganya sekitar 3,6 persen sampai 3,7 persen," jelas Tiko saat ditemui di Jakarta pada Selasa (3/10/2023).
Adapun, kereta canggih dengan panjang lintasan 142,3 km tersebut awalnya direncanakan menelan biaya sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp94,1 triliun (kurs Rp15.514). Indonesia mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CBD) untuk proyek tersebut sekitar 75 persen atau sekitar Rp70,5 triliun.
Kendati demikian, dalam perjalanannya proyek ambisius tersebut ternyata mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,6 triliun. Beban cost overrun itu dibagi dua antara China dan Indonesia.
Pihak Indonesia harus membayar sekitar US$720 juta atau setara dengan Rp11,1 triliun. Lagi-lagi pihak CBD memberikan pinjaman dana bagi Indonesia untuk membayar cost overrun tersebut sebesar US$550 juta atau sekitar Rp8,5 triliun dengan bunga 3,4 persen dan tenor 30 tahun. Secara total, utang pihak Indonesia dalam proyek Kereta Cepat mencapai Rp79 triliun.
Sumber: bisnis
Artikel Terkait
Bandar Narkoba Muara Enim Diciduk, 97 Gram Sabu dan 150 Pil Ekstasi Disita
BMKG dan BNPB Modifikasi Cuaca Hingga 3 November, Ini Tujuannya
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025-2026 Lebih Lama, November hingga Februari
Emil Audero Siap Hadapi Juventus, Bekas Klubnya di Liga Italia: Preview & Link Live Streaming