Oleh: Tony Rosyid*
SUSILO Bambang Yudhoyono (SBY) turun gunung. Kali ini bukan untuk kampanye. SBY konferensi pers dengan amarah yang meledak. Mantan Menkopolhukamnya Megawati ini terluka terlalu dalam ketika putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak diambil sebagai cawapres Anies Baswedan. Tepatnya, tidak disepakati oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Suaranya tidak kuorum, karena Nasdem menolak. Bukan menolak, tapi cari yang lain dulu sebelum ke AHY. Kalau nggak ada, baru AHY sebagai alternatif terakhir.
Pasalnya, berpasangan dengan AHY, Tim Anies harus bekerja super ekstra untuk menang. Karena pemilih Anies dan AHY beririsan. Satu kantong suara.
AHY juga belum punya rekam jejak di pemerintahan. Idealnya, AHY jadi menteri dulu baru cawapres. Sehingga tidak ada kesan hanya semata-mata memburu jabatan karena minus pengalaman.
Sampai pada waktunya "Good News" tiba, kata Sudirman Said. Juru bicara tim 8. Ditemukanlah Muhaimin Iskandar. Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin Iskandar merapat ke kubu Anies. Tumbu ketemu tutup. Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Inilah momen yang ditunggu-tunggu. Anies Baswedan butuh sosok NU dari Jatim. Ketemulah Cak Imin. Cak Imin butuh posisi sebagai capres, ketemulah Anies. Gak pakai lama, Cak Imin langsung dipinang oleh Surya Paloh.
Anies dipanggil oleh Surya Paloh. Datang, tapi cuma sebentar. Untuk menjaga etika, Anies minta ijin ke anggota partai koalisi. Sowan ke Habib Salim Al-Jufri, ketua Majlis Syura PKS. Anies diterima dan Habib Salim setuju Anies-Cak Imin.
Anies menghubungi pimpinan Demokrat. Tidak direspons. Pakai surat, tidak ada respons juga, kata Sudirman Said. Tahu-tahu, kemarahan Demokrat muncul ke publik. Medsos malam itu ramainya bukan main. Isinya tentang edaran surat dari Partai Demokrat. Banyak yang menduga, ini seperti sudah direncanakan. Benarkah?
Dari kronologi ini, publik mulai bertanya-tanya. Apakah kemarahan SBY itu beneran? Atau hanya memanfaatkan momentum untuk keluar dari koalisi Anies? Atau ingin menaikkan daya tawar ke bakal capres lain? Inilah sejumlah pertanyaan yang muncul di benak publik.
Pertanyaan ini sangat beralasan: pertama, diantara tiga partai koalisi, hanya Demokrat yang memaksakan ketumnya jadi cawapres Anies Baswedan.
Artikel Terkait
Gus Ipul Gelar Doa Bersama Pemulung Bantargebang, Apresiasi Pahlawan Keluarga
KAI Daop 1 Jakarta Tertibkan Bangunan Ilegal di Atas Lahan Miliknya di Bogor
Waspada Puncak Musim Hujan 2025-2026: BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem & Ancaman Banjir-Tanah Longsor
Modus Pura-pura Tanya Guru, Pelaku Curi Motor di SDN Lebak